Slide 1

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 2

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 3

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 4

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 5

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Saturday, August 20, 2011

[Tutorial] Kotak Serbaguna Berbalut Rajutan

Udah deket lebaran, tapi rasanya udah gak kuat mau bikin kue kering sendiri. Alhasil pas tarawih jejeran sama ibu2 yang nawarin kuker lebaran, so beli ajah deh... Tapi trus kepikiran toples2nya mau ditempatin di kotak gak ya, soalnya takut kececer. Ngupyek2 gudang kok menemukan ada satu kotak bekas air mineral langsung deh beraksi.... Dan inilah hasilnya :


Kotak serbaguna dengan cover rajutan untuk toples kue lebaran

Saturday, August 13, 2011

[Tutorial] Gelang Imut dari Sedotan Plastik

Ummi paling doyan banget beli es dawet, padahal juga lagi hamil gedhe lho. Udah sering dinasehatin abi supaya mengurangi yang manis-manis biar adiknya thole nggak gedhe di dalam. Tapi karena pengen dan nafsu, ummi sering ngeyel deh. Alhasil, setiap kali beli dawet selalu dikasih sedotan yang tak terasa sudah menumpuk di dapur. Bingung mau diapain, kalau dibuang rasanya kok sayang. Akhirnya terbersit ide yang terinspirasi dari bu Inong yang pernah bikin gelang lucu dari sedotan.

Sekumpulan sedotan sisa beli es dawet/cendol

Friday, August 5, 2011

Babygirl Dress Set untuk baby Lophloph

Udah lamaaaa banget mbak Angga minta dibikinin buat calon baby nya, tapi karena saat itu lagi kejar tayang bikin rajutan-rajutan untuk persiapan bazaar, makanya sedikit terbengkalai. Awalnya mbak Angga yang tinggal di Bandung ini pengen banget dibikinin sweater, tapi sejujurnya karena belum pernah bikin, jadi ga pede deh untuk mengiyakan. Akhirnya mau deh dibuatin dress aja, plus topi dan sepatu untuk baby Maflaff ato Lophloph....

Babygirl dress set (plus sweety hat and baby booties)

Monday, July 18, 2011

Cotton Cake

Seperti biasa, pas lagi liat-liat FB kok baca upload-an foto hasil kue nya mbak Elva kayaknya menggugah selera. Pas baca resepnya juga kayaknya sederhana tapi hasilnya keliatan yummy banget. Dari namanya aja terasa kalau kue ini kayaknya lembuuuut banget. Akhirnya, setelah beberapa kali dibaca-baca resepnya, pas thole-ku mas Ibrahim lagi bobo siang, kusiapkan bahan-bahannya yang kebetulan aku punya semua di lemari persediaan bahan kue-ku....

Setelah matang, tralalaaaa mas Ibrahim bangun dari tidurnya dan melihat ummi di dapur lagi memotong cake-nya. Langsung deh "Mau ummi...". Akhirnya ummi memberi satu potongan di piring plastik, lalu ummi melanjutkan memotong lagi dengan hati-hati karena ternyata tekstur kuenya memang lembut banget seperti spons. Tak berapa lama, mas Ibrahim masuk dapur lagi minta tambah sampai tak terasa habis 5 potong. Ckckck, ini anak doyan apa laper ya??? Tapi alhamdulillah, resep coba-coba dari mbak Elva lumayan sukses juga :). Thanks to mbak Elva ^^,

Wujud Akhir Cotton Cake sebelum disantap :p
(Copas dari caption foto kue di FB mbak Elva) 
Bahan A.

5 btr Putih telur
100 gr Gula pasir

Bahan B.
5 btr Kuning telur
60 gr Fresh milk
15 gr Cream (resep asli whippy cream)
1/2 sdt Vanila susu

Bahan C.
60 gr Tepung terigu
60 gr Butter

Cara membuatnya:

  • Kocok bahan A jangan terlalu kaku, sisihkan. 
  • Bahan B:Panaskan susu dan cream tidak boleh mendidih, masukkan telur,dan vanili aduk rata dengan balloon whisk, sisihkan,jaga tetap hangat. 
  • Bahan C:Lelehkan mentega,masukkan tepung terigu sekaligus,aduk rata hingga menjadi adonan pasta. 
  • Satukan adonan B dan C,aduk rata,beri adonan putih telur secara bertahap sambil diaduk hingga rata.
  • Tuang adonan kedalam loyang yang telah dialasin kertas dan poles dengan mentega .
  • Panggang dalam oven steam bake selama 1 jam dengan suhu 335 F. 

Met mencoba ......

~Salam Hangat penuh Semangat~
Umminya Thole 'mas Ibrahim'

Friday, July 8, 2011

Rok Kimono Pinky

Untuk kesekian kalinya, proyek membuat rajutan kelar juga walaupun untuk yang satu ini membutuhkan waktu sekitar 6 hari, karena ummi sudah mulai kelelahan kalau duduk terlalu lama. Selain itu juga karena mas Ibrahim lagi seneng ngajak ummi jalan-jalan keluar keliling rumah, jadinya sesekali ummi menemani mas Ibrahim mainan.

Saturday, July 2, 2011

Cerita Pagi Bersama Thole 'mas Ibrahim'

Minggu lalu, pas jadwal abi agak longgar kami bertiga jogging muterin kompleks. Alhamdulillah mas Ibrahim sudah mau ikutan jalan tanpa minta gendong dari awal hingga akhir. Padahal sebelumnya ummi sudah khawatir kalau-kalau nanti kecapekan pasti bakalan minta gendong. Tapi abi meyakinkan untuk tidak perlu membawa stroller, karena abi siap menggendong. Alhasil, mas Ibrahim kuat jalan jauh dan abi ummi pun tersenyum lega memberikan pujian "Subhanalloh, mas Ibrahim pinter dan kuat ya, udah nggak minta gendong lagi". Mas Ibrahim pun tersenyum senang mendapat pujian dari ummi dan abi.

Tuesday, June 21, 2011

Baju Rajut Manise

Setelah mengubek-ubek persediaan benang di lemari, nemu benang katun sembur warna merah-kuning-putih. Kupikir-pikir cocoknya dibikin apa ya, hmmm pas dulu liat-liat di onlineshop kayaknya bagus kok aselinya keliatan agak-agak kusem gitu yah. Jadinya bingung mau dibikin apa. Untuk menambah inspirasi, kudu buka-buka file maupun buku pola crochet. 

Tanpa sengaja hati ini tertarik dengan model baju batita berjudul "Baju Manise" yang ada di bukunya Thata Pang, seri "Kreasi Rajutan Untuk Bayi". Model rajutannya sih sebenarnya untuk anak usia di bawah 1 tahun dengan bentuk pola kerah kotak dan tanpa lengan. Selain itu juga panjang roknya berkisar di atas lutut. 

Akhirnya uji coba dimulai, di tengah-tengah rajutan, mengamati hasil sementara kok rasanya kurang gimana gitu, akhirnya model ini kusesuaikan dengan ideku sendiri yaitu dengan mengganti beberapa jenis tusukan dalam baris-baris tertentu dan menambahi barisnya sehingga lebih panjang. Kreasi ini jg dilengkapi dengan sebuah kancing di bagian belakang

Penampakan Keseluruhan Baju Manise

tampak dari belakang : dilengkapi dengan kancing
Setelah jadi, kuperkirakan kok jadinya malah lebih pas dan sesuai untuk anak usia 1-2 tahun ya, hihihi. Tapi syukurlah proyek kali ini berhasil tanpa kendala yang berarti dan terselesaikan dalam waktu 3 hari.

Salam Hangat dan Penuh Semangat
~Umminya Thole "Mas Ibrahim"~

Saturday, June 18, 2011

Thole di usia 2 tahun 2 bulan 3 minggu 6 hari

Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, sudah hampir 27 bulan usia thole sekarang. Di usianya yang sekarang, sebentar lagi dia sudah mau punya adik untuk teman bermainnya nanti. Sebagai anak usia batita, thole alhamdulillah tergolong sehat dan cukup normal saja walau bobotnya hanya 11.5 kg dengan tinggi 82 cm. Dan kalau diplot ke grafik KMS sih masih termasuk normal di warna hijau. Untuk ukuran anak seusianya, thole termasuk standar saja, tidak kegemukan dan tidak terlalu kurus/kecil. Hanya saja, sejujurnya dalam hatiku aku menginginkan bobotnya bisa lebih lagi, karena pastinya lucu khan kalau anak batita itu chubby en' nyempluk hihihi. Tapi rasanya kok susah banget deh, walaupun nafsu makan thole termasuk lumayan, tapi geraknya itu "mana tahan" alias aktif banget jadi ya kalornya banyak terbakar deh...

Thursday, June 16, 2011

Tas Imut untuk Ummi yang Imut :p

Pas jalan-jalan alias browsing crochet pattern, kebetulan nemu kreasi tas kecil yang imut. Kupikir2, wah pas banget dengan kebutuhanku yang selalu membutuhkan tas kecil yang hanya berisi dompet dan hp saja kalau kebetulan bajuku ga ada sakunya.

Saturday, June 11, 2011

Rompi Imut Rajut Kreasi Ummi

Lega juga, alhamdulillah akhirnya kelar juga selama 3 hari ngerjain rompi dengan benang harta karun (alias dah punya lama tapi ga pernah dikerjain). Warna hijau telor asin cukup cerah-lah untuk dibuat baju bayi. Dengan modal satu setengah gulung benang katun bali jadilah satu rompi berukuran kurang lebih lebar 23 cm dan tinggi 26 cm ini.

Tuesday, June 7, 2011

Mantel Ceria Granny

Alhamdulillah, proyek bikin jaket buat adiknya thole selesai juga walau 'sedikit' diinterupsi oleh kesibukan mempersiapkan ketempatan arisan RT yang membuatku harus pontang panting bikin kue-kue dan beberes rumah. Selama kurang lebih 1 minggu akhirnya jadi juga.

Friday, June 3, 2011

Celemek Adek Bayi

Tak terasa detik demi detik berlalu, kehamilanku udah memasuki minggu ke 28, artinya kurang lebih 12 minggu lagi aku sudah akan melahirkan adiknya thole. Persiapan demi persiapan tak terlalu aku pusingkan, bahkan pada saat detik-detik kelahiran thole 2 tahun lalu pun, aku dan suamiku juga tidak terlalu heboh. Mungkin kami orang tua yang aneh, tidak ada persiapan kereta dorong, kasur bayi, baju2 bayi dan sebangsanya. Popok bayi dan beberapa pernik kecil pun dikirimi mama dan ibu mertuaku saja, itu pun tidak banyak. Bukan niat karena pelit, tapi berdasarkan pengalaman temen2 di sini, katanya emang ga usah nyiapin tetek bengek karena nanti pasti yang ngado banyaaaaaaak (wkwkwk dah ngareeep bgt). Anyway, aku ikutin aja deh saran temen2 hihiii...

Saturday, May 28, 2011

Tempat HP atau Tempat BB ya ini???

Rencana awal sih pengen ngabisin sisa benang katun warna bubble dari previous project. Tapi bingung dengan kreasinya yang sulit dan khawatir benangnya tidak cukup. Akhirnya memutuskan untuk membuat tempat HP sajalah dengan variasi tusukan jenis popcorn.

Friday, May 27, 2011

Tahu Telor

Tahu Telor merupakan makanan ringan rumahan yang lezat dan mudah dibuat. Untuk acara-acara arisan baik untuk sajian maupun untuk isian kotak snack, tahu telor ini bisa jadi alternatif pilihan untuk dicoba sendiri di rumah tanpa harus order.

Topi Trendi untuk Thole

Rajutanku kali ini masih menggunakan benang yang sama seperti sebelumnya yaitu benang katun sembur warna bubble. Aku suka warna ini karena full colour walaupun mungkin bagi beberapa orang terkesan norak, tapi tidak kalau dipakai untuk bayi atau anak kecil.

Tuesday, May 24, 2011

Topi dan Sepatu Rajut buat Adiknya Thole

Aiiih sudah lama rasanya tidak merajut, terasa otot-otot jari jemariku sudah mulai kaku. Tapi apa daya, semangat begitu menggelora untuk membuatkan sepasang sepatu dan sebuah topi buat adiknya thole Ibrahim yang tendangannya sudah mulai dahsyat di dalam rahimku.

Sunday, May 22, 2011

Resep Ikan Bakar Portugis (Portuguese Grill)

Hmmmm, kalau teman-teman pernah bertandang ke Midvalley, salah satu megamall di Daerah Persekutuan Kuala Lumpur, jangan lupa untuk mampir ke salah satu menu favoritku semasa kuliah dulu, namanya ikan pari bakar di stand Portuguese Grill lantai 2 foodcourt. Pasti akan ketagihan untuk mencobanya kembali klo udah merasakannya.

Wednesday, May 11, 2011

Dan Andai Saja Kau Bisa Sampai di Hari Ini.......

Oleh : Lian Dewi Angellia

Kuusap lembut wajahku dengan kedua telapak tangan usai berdoa di penghujung shalat maghribku. Kubuka lembaran Qur’an tuk sekedar melantunkan kalimat-Nya yang begitu indah dengan bacaan Fatihah sebagai pembukanya. Ketika selesai membaca Qur’an, kuteringat hari ini tepat tanggal 11 Mei. Bayanganku menerawang pada seorang sosok sahabat yang sudah lama sekali tak kujumpai. Hari ini tepat usianya 27 tahun.

Monday, May 2, 2011

Romantisme Ala Suamiku :)

Suamiku bukanlah laki-laki yang romantis, bahkan dia hampir tak pernah memujiku. Kalau aku menanyakan apa yang membuatnya jatuh cinta padaku, jawabannya adalah simple : karena aku berjilbab, gigiku rapi, dan aku putih. Beberapa kali aku memancingnya dengan pertanyaan apakah aku cantik? Dia seolah pura-pura tidak mendengarnya dan tersipu malu kemudian mengacuhkanku. Entahlah, terkadang aku merasa aneh juga dengan suamiku. Di kala setiap laki-laki memuja istrinya, suamiku tidak demikian. 
Aku sadari, suamiku memang tidak pernah mengenal sosok perempuan sebelumnya. Bahkan dengan adik perempuannya sendiri dia cenderung kaku walaupun aku tahu dia sangat perhatian dan sayang. Perlahan dengan sifatnya itu, justru aku kagum padanya, bagiku romantisme itu tidak harus ditunjukkan melalui kata-kata manis, tapi apa yang kurasakan dari suamiku itu adalah melebihi suatu romantisme......


Memory Pernikahan di Penghujung 2007
Pernikahanku dengan suami akan segera digelar besok pagi dengan rencana pesta perhelatan sederhana, yang sudah dipersiapkan dari keluargaku. Hatiku berdegup kencang membayangkan besok aku berdampingan dengan laki-laki yang sebelumnya memang belum kukenal, bahkan kami belum pernah bercakap-cakap secara langsung, walau beberapa kali kami komunikasi melalui chatting. Aku juga yakin calon suamiku merasakan getaran perasaan yang sama membayangkan peristiwa penting yang diharapkan terjadi sekali seumur hidup. Mahar pun sudah dipersiapkan pihak suamiku untuk akad nikah besok.Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, keesokan harinya akad nikah pun berjalan dengan lancar demikian pula dengan acara walimatul ‘ursy yang dihadiri oleh kerabat, sahabat, dan relasi kami berdua.
Setelah resmi menjadi suami istri, suamiku pun memboyongku ke daerah tempat dia bekerja yaitu di Bontang. Di tempat tersebut, aku memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar karena daerah tersebut memang jauh dari keramaian dan hingar bingar, tidak seperti di kota tempat asal kami di Jawa. Kehidupan kami sebenarnya bisa dikatakan lebih dari cukup, akan tetapi kebiasaan hidup sederhana memang sudah menjadi ciri khas kami.
Suatu hari, di sela waktu senggang aku mengobrol dengan seorang kawan via internet. Tanpa disangka, kawanku tersebut curhat mengenai rencana proses pernikahannya yang ‘bribet’.
Lalu kawanku tersebut bertanya, “Aisyah, dulu pas nikah kamu dikasih mahar apa?”.
Dengan enteng ku jawab : “Mukena, sajadah dan alqur’an”.
Dengan kalimat yang agak sedikit heran, dia bertanya lagi : “Beneran nih xixixi?? J masak sih?? suamimu khan kerjanya di perusahaan gas gitu loh, masak ga ada pake dikasih perhiasan gitu kayak cincin kawin?
Sambil tersenyum aku jawab : “Orang nikah itu khan yang penting sah di hadapan Alloh. Toh cincin kawin itu sebenarnya juga tradisi beberapa kaum saja. Hati-hati loh karena ada ulama yang menentang keras adanya tukar cincin kawin dengan alasan bisa jatuh ke dalam tasyabbuh (meniru tradisi orang kafir),apalagi jika sampai ada keyakinan bahwa selama cincin tersebut masih di tangan kedua mempelai maka rumah tangga keduanyaakan tetap rukun, bisa terjatuh dalam kesyirikan. Sorry ya klo kurang berkenan untuk penjelasanku yang terakhir tersebut, aku cuma menyampaikan yang kutau aja sih, please don’t be angry ya say.…”
Dengan cepat dia membalas : “Oh really??? Aku baru dengar nih…Gapapa kok Aisyah, aku malah seneng bs ngerti ada pendapat ulama kayak gitu. Kamu ini kayak ga tau aja aku, mana aku pernah marah sama kamu Aisyah.
Aku pun tersenyum lega : “hehehehe, syukurlah say lega deh rasanya…..”
Cukup lama kami tenggelam dalam keasyikan mengobrol, tiba-tiba suara loper koran datang menaruh koran di teras. Suamiku pun bergegas keluar mengambilnya karena tak sabar dengan berita hari itu. Sedangkan aku merasa lelah terlalu lama mengobrol dengan kawanku lalu berpamitan untuk sign out. Sembari duduk menjejeri suamiku, aku ikut-ikutan membaca koran di samping suamiku. Ketika sedang melihat-lihat judul-judul berita, ada iklan besar bertuliskan “SALE DIAMOND” dengan gambar-gambar menarik hati seperti ada cincin, kalung dan gelang emas bertahtakan berlian. Sambil agak bercanda, aku bergumam : “Mas khan ga pernah beliin perhiasan saya selama nikah, mumpung ada “SALE” tuh mas xixixixi”. Suaminku pun hanya diam karena asyik membaca berita. Karena takut mengganggu konsentrasi suamiku dalam membaca, aku pun menyingkir dan bergegas mandi karena hari sudah sore.
Beberapa bulan berlalu, waktu cuti suamiku pun tiba dimana kami berdua bisa pulang ke Jawa untuk mengunjungi keluarga. Sehari sebelum keberangkatan kami ke tanah jawa, sandalku terlihat agak terkelupas jahitannya, maklum saja memang sudah lama sekali dipakai jauh sejak sebelum nikah sehingga sudah usang. Suamiku menjanjikan akan membelikan sandal baru sesampainya di Jawa, karena memang pilihan dan harga barang di Jawa lebih bersaing dan bagus dibandingkan di tempat kami tinggal sekarang.
Di Jawa, suamiku tak sabar ingin segera jalan-jalan ke mall. Wajar saja karena sebesar-besar mall di Bontang ya besarnya seperti mall kecil saja di Jawa. Suamiku nampaknya ngebet sekali ingin jalan-jalan ke Ambarukmo Plasa (AmPlas), mall besar dan baru di Jogjakarta. Tak lama, suamiku berkata : “Dek, ayo kita ke AmPlas buat beli sandal baru kamu”. Aku pun menjawab : “Oke lah mas, ayo kalau gitu…”. Akhirnya aku pun mengikuti ke mana suami melangkahkan kaki.
Ketika berjalan-jalan di tiap sudut toko-toko, suamiku sungguh menikmati suasana berbeda dari kesehariannya. Tiba-tiba suamiku berhenti di toko perhiasan, dan masuk ke toko tersebut. Tentu saja aku kaget karena suamiku kenapa genit sekali masuk ke toko perhiasan segala. Takut malu dibilang “ndheso”, aku hanya diam menguntit suamiku. Lalu suamiku bilang “Dek, pilih aja mana kalung kesukaanmu!!”.
“MasyaAlloh mas…..”, aku bergumam pelan “Apaan sih mas, ga usahlah aneh-aneh”. Eh, suamiku malah gregetan bilang “Udah pilih aja Dek, katanya dulu pengen dibelikan, selama nikah khan belum pernah kubelikan perhiasan katanya..” dengan nada mengejek suamiku menimpaliku.
Dengan agak malu-malu dan lumayan shock, aku memilih kalung emas bertahtakan berlian yang tak pernah dia impikan sebelumnya. aku merasa malu kepada suami, rasanya aku banyak sekali menuntutnya padahal dulu dia hanya bercanda. Karena tak ingin memberatkan suamiku, aku memilih kalung yang paling murah walaupun tetap saja harganya tidak murah.
Hari itu, ditutuplah kisah manis tersebut dalam sebuah catatan kecil di diary kehidupan-ku :
Pemahaman romantisme itu berbeda untuk setiap orang
Romantisme itu adalah bukan selalu membuat pasangan kita selalu bahagia dan tersanjung setiap saat
Terkadang romantisme itu adalah sesuatu yang tidak disangka-sangka yang membuat hati kita berkesan walaupun hanya dilakukan sekali seumur hidup sehingga akan teringat sampai kapanpun.
Lalu bagaimanakah romantisme menurut Anda?

Sunday, May 1, 2011

Istri Dengan (Tanpa) Penghasilan

Dulu saya tidak pernah berpikir untuk jadi totally housewife, karena melihat mama saya yang hanya lulusan SD dan tidak bekerja, saya berpikir gelar IRT hanya untuk wanita yang tidak berpendidikan saja. Oleh sebab itu, saya gantungkan cita-cita yang tinggi untuk bisa studi sampai S3 dan bisa menjadi dosen. Walaupun kenyataannya saya hanya mampu sampai S2 saja, hehehe. Hmmmm, tapi memang seiring dengan waktu, banyak hal berubah termasuk pemikiran saya, apalagi setelah saya menikah. Tentunya pemikiran yang diiringi dengan kematangan dan kedewasaan serta dukungan dari suami tercinta, semoga bukan karena keinginan sesaat saja.
Anyway, di sini saya mau share sedikit pengalaman mengenai UANG bagi wanita yang pernah merasakan bekerja (a.k.a berpenghasilan sendiri) dan tidak bekerja (a.k.a hanya menerima uang dari suami). Begini nih yang saya rasakan dan saya alami. 


Dulu saya sempat bekerja hanya 5 bulan saja, dengan penghasilan pada saat itu (tahun 2007) sebesar 2.5juta rupiah. Hmmm, angka yang sebenarnya lumayan lah untuk seorang fresh graduate macam saya ini dan kebetulan kerja saya sistemnya kontrak saja karena hanya menyelesaikan suatu proyek di satu perusahaan swasta. Pada saat itu saya sangat bahagia sekali setiap menerima uang gaji setiap bulannya, bahkan rasanya sayang banget kalau terlalu boros, jadi dalam sebulan saya bisa menabung 2 juta, karena memang penginapan dan makan 3x sehari sudah ditanggung oleh perusahaan tersebut. 

Setelah menikah, saya masih harus menempuh 1.5 tahun lagi studi S2 saya. Belum begitu terasa adanya perbedaan karena memang saya mendapatkan beasiswa full, jadi serasa masih seperti menerima gaji setiap bulannya karena masih bisa menabung juga perbulannya jauh lebih banyak dari waktu saya bekerja. Setelah selesai S2, saya jadi ibu rumah tangga 100% tanpa penghasilan apapun. Apa yang saya rasakan??? 

Hmmm, pertanyaan yang cukup membingungkan saya. Bayangkan saja, dengan uang bulanan yang bisa hampir 2-3 kali gaji saya semasa kerja, saya merasakan tidak bisa menikmati uang suami seperti dulu sewaktu saya bekerja. Saya terkesan lebih santai dan tidak sayang untuk berboros-boros, bahkan tak jarang dalam sebulan saya hanya bisa saving sedikit saja. Entahlah apa mungkin karena saya berpikir bahwa suami saya sudah menyiapkan tabungan buat saya di luar uang bulanan saya ataukah karena saya tidak merasa bekerja jadi tidak merasakan sayang dengan uang hasil kerja suami saya.

Akhirnya, saya pun memutar otak untuk bisa berusaha tapi tetap pada koridor ibu RT yang total. Gimana caranya?? Hehehe, saya belajar bikin kue secara autodidak, lalu perlahan saya beranikan diri menerima pesanan kecil-kecilan. Hasilnya memang tidak begitu banyak, tapi cukup bisa dijadikan hiburan karena hasilnya saya tabung dan *sama sekali* tidak saya gunakan untuk jajan ataupun belanja apapun, hehehe. Walau agak sedikit curang, kadang saya gunakan uang belanja dari suami untuk membeli bahan-bahan membuat kue, tapi hasil penjualannya langsung masuk tabungan saya. Alhamdulillah suami mengijinkan, karena itulah salah satu hiburan saya, yaitu mengelola hasil jerih payah saya sendiri (walaupun sebenarnya ada sumbangsih modal suami, hehehe)

Anyway, pernah juga saya berdiskusi juga dengan 3 orang wanita yang sebelumnya pernah bekerja dan memutuskan untuk jadi IRT, ternyata mereka mempunyai perasaan yang sama. Yaitu merasa nyantai (tidak berhemat) dalam membelanjakan uang dari suami. Tapi kayaknya hal ini tidak berlaku untuk ibu-ibu yang memang punya watak bersahaja dalam membelanjakan uang, baik uang sendiri ataupun uang suami. Jadi, saya tidak mengatakan dan menyimpulkan satu generalisasi perilaku dari apa yang saya dan beberapa teman saya alami. Just for sharing aja ^^,

Tuesday, April 19, 2011

Efektivitas Penerapan Stimulasi pada Balita

Oleh : Lian Dewi Angellia

Barangkali kita sering bertanya-tanya, bagaimana ya orang tua para orang hebat dalam mendidik anaknya sehingga anak-anaknya bisa mempunyai otak encer, cerdas, profesional, jujur, berIQ tinggi dan sebagainya? (misal seperti: A. Einstein [ilmuwan], Thomas Alva Edison [ilmuwan], Sehat Sutardja [pendiri Marvell Tech Group, imigran dari Indonesia yang tinggal di AS], pak SBY [Presiden RI yang cerdas dan berpendidikan tinggi], ibu Sri Mulyani [mantan MenKeu RI yang diakui dunia internasional], pak Habibie [mantan Presiden RI yang mempunyai IQ sangat tinggi], dan masih banyak lagi.

Tidak ada orang tua di dunia ini yang tidak ingin anaknya cerdas dan pintar bukan, bahkan keluarga miskin sekalipun, ketika mempunyai anak pasti mempunyai sebersit bahkan segudang harapan supaya kelak anaknya bisa menjadi orang sukses, membanggakan dan menjadi tumpuan kehidupan orang tuanya di masa yang akan datang.

Kebetulan beberapa waktu lalu, di stasiun lokal daerah saya didatangkan seorang narasumber Psikolog Anak yaitu ibu Sulfina Tanjung dengan tema pembahasan Stimulasi Dini Pada Balita. Berikut ringkasan pembahasannya.


Stimulasi dini merupakan rangsangan dini yang diberikan pada anak balita. Hal ini sebenarnya mengandung makna positif, hanya saja terkadang disalah artikan oleh orang-orang yang terlibat dalam pemberian stimulasi. Fenomena yang sekarang kerap muncul adalah adanya pergeseran pandangan dan keyakinan dari para orang tua, yaitu bahwa langsung memasukkan anak ke TK dengan tidak memasukkan anak ke playgroup dulu adalah merupakan keterlambatan pemberian stimulasi dini. Sehingga orang tua berlomba-lomba memberikan stimulasi dini pada anak hingga terkadang berlebihan. 

Kebetulan beberapa waktu lalu, di stasiun lokal daerah saya didatangkan seorang narasumber Psikolog Anak yaitu ibu Sulfina Tanjung dengan tema pembahasan Stimulasi Dini Pada Balita. Berikut ringkasan pembahasannya.


Sebenarnya pemberian stimulasi dini pada balita itu tidak salah diberikan, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah penekanan stimulasi itu sendiri. Karena stimulasi itu sebenarnya terdiri dari stimulasi kognitif, motorik dan afeksi. Nah, fenomena yang kerap kita lihat sekarang adalah bahwa orang tua lebih menekankan aspek stimulasi kognitif pada anak tanpa diimbangi dengan aspek motorik dan afeksi. Di sinilah kesalahannya, karena memang kita fahami sistem pendidikan di negara memaksa kita dominan di awal menekankan aspek kognitifnya (misal masuk SD sudah harus bisa membaca, menulis, dan berhitung = "calistung").

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh Kathy Hirsh Pasek, Profesor Psikologi dari University of California terhadap anak yang diberikan stimulasi dini secara "berlebihan" dan yang tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang diberikan stimulasi dini secara "berlebihan" tidak memberikan kemampuan yang lebih menonjol dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan stimulasi dini. Hanya saja dia melihat perbedaan dari segi minat, yaitu anak-anak yang sejak kecil diberikan stimulasi secara berlebihan minatnya cenderung turun pada saat remaja, hal ini berdampak pada masalah mengikuti pelajaran di sekolah. Hal ini mungkin bisa dilihat adanya kejenuhan dalam menerima pelajaran karena sejak kecil di-drill dengan hal-hal yang bersifat kognitif tanpa diimbangi dengan aspek lain. 

Aspek motorik mengandung makna pergerakan. Artinya stimulasi yang diberikan pun bermacam-macam tergantung usia anak. Misalnya untuk anak usia 3 bulan, sebelum bisa tengkurap bisa kita rangsang dengan menengkurapkan anak dan memberikan mainan atau benda di depannya sehingga anak terangsang untuk meraihnya. Untuk anak yang berusia lebih besar lagi misal setahun lebih bisa kita stimulasi dengan mengajaknya berlari-lari, naik turun tangga, melompat satu kaki, atau bersepedaan roda 3/mobil-mobilan yang bergerak dengan dipancal kaki. Atau untuk anak yang lebih besar lagi bisa kita stimulasi motorik halusnya dengan mewarnai, menggunting, menggambar bentuk atau meronce.

Untuk aspek afeksi adalah lebih pada emosi. Hal yang mudah dan paling bisa kita lakukan adalah dengan sentuhan, belaian, pelukan dan ciuman. Lebih jauh dari itu anak juga bisa kita bacakan dongeng dan menyimpukan bersama-sama moral dan hal-hal positif yang terkandung dalam cerita. Selain itu juga aspek afeksi lebih pada bagaimana mengajarkan anak untuk lebih bisa mengontrol emosi, misalnya berbagi mainan/makanan dengan teman (memberikan kefahaman pada anak bahwa manusia adalah makhluk sosial), membantu anak untuk selalu baik dengan orang-orang di sekitar (tidak memukul, tidak berteriak, dan lain sebagainya).

Membahas mengenai Golden Age atau periode emas pada anak, sebenarnya para pakar sendiri berbeda pendapat mengenai hal ini. Ada yang berpendapat periode emas adalah masa 5 tahun pertama kehidupan, ada yang berpendapat 3 tahun pertama dan ada juga yang berpendapat 6 tahun pertama. Pada masa tersebut, otak bayi seperti spons yang memang mudah menyerap banyak pengetahuan sehingga orang trua terdorong untuk menstimulasi anaknya sebanyak-banyaknya. Yang mendasari pendapat periode emas itu sebenarnya adalah Brain Growth Spurt, yaitu di mana pertumbuhan jumlah sel otak dan ukuran sel otak pada saat itu meningkat dengan sangat pesat, sehingga menurut beberapa pakar pada masa itu memang bagus sekali untuk menstimulasi anak. Hanya saja pendapat ini ditentang oleh profesor ahli fisiologi dari Universitas Oxford, yaitu Prof. Collin Blackmore. Menurutnya, anak yang terlambat belajar formal di usia 7 tahun akan cepat menyusul anak yang pada usia 4 tahun belajar formal dan distimulasi sejak dini, dan performa mereka akan sama saja di usia 9 tahun.

Intinya di sini adalah tidak ada kata terlambat dalam menstimulasi anak. Orang tua tidak perlu latah dan cemas bila anaknya tidak masuk playgroup. Asalkan orang tua di rumah bisa menstimulasi secara berimbang dan menyesuaikan dengan usia + kemampuan anak, insyaAlloh anak kita tidak akan tertinggal dengan anak-anak lain. Tidak ada periode kritis untuk menstimulasi kognitif anak. Yang ada periode kritis, artinya anak akan kehilangan kemampuan ketika tidak diajarkan pada masa tertentu adalah ketika anak kehilangan kemampuan mendasar (motorik dasar), seperti melihat, mendengar, tengkurap, berjalan, berbicara, dan lain-lain. Ini berarti stimulasi bukannya tidak diperlukan oleh anak, tetapi kita sebagai orang tua harus memahami kebutuhan anak. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam menstimulasi anak adalah mencari cara/metode maupun media stimulasi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak dan tipe anak. Artinya, anak-anak yang visualnya lebih dominan akan lebih sesuai distimulasi dengan buku-buku bergambar yang menarik dan berwarna warni. Akan berbeda dengan anak yang dominan audionya atau pendengarannya, tipe seperti ini akan lebih sesuai untuk dibacakan cerita atau berdiskusi. Jadi, peran orang tualah untuk telaten memahami kebutuhan dan minat anak. Hal lain dalam menstimulasi anak adalah menjaga emosinya, artinya ketika masa belajar dan bermain dengan anak, pertahankan suasana yang nyaman sehingga anak tidak merasa terpaksa dan dapat menikmatinya.

Satu hal penting lagi yang cukup berkesan menurut saya adalah mengenai satu pertanyaan bahwa apakah anak yang di masa kecilnya menunjukkan kepintaran (misal IQ tinggi), akan menjamin kesuksesan di masa mendatang? Nah, dalam psikologi dikenal istilah "Resiliensi" yaitu seberapa mampu seorang anak itu bertahan dalam setiap permasalahan. Ibarat bola bekel, setinggi/semampu apakah dia dapat memantul/ bangkit setelah jatuh (berada di bawah  dalam keadaan susah, sedih, bermasalah).  Hal ini bisa menjawab satu pertanyaan di atas, jika memang seorang anak yang memang mempunyai kemampuan IQ yang tinggi dan ditunjang dengan ketahanan diri (resiliensi) yang mantap dan kuat, bisa jadi hal itu mendukung kesuksesan di masa mendatang. Karena sebenarnya, kehidupan seorang anak itu akan lebih kompleks dan tak se-sesimple dunia masa kecil saja, tapi dunia yang sebenarnya adalah nanti ketika anak berada di masa dewasanya. Itulah peran kita sebagai orang tua untuk mengantarkan dan membekali anak-anak kita tidak hanya dari segi konitif, tapi juga religi, aspek nonkognitif, dan budi pekertinya. Sukses di masa kecil belum tentu juga membawa kesuksesan di masa tuanya. Mumpung kita masih bisa berusaha, semoga kelak anak cucu kita membawa perubahan yang baik untuk masa depan dan kebaikan untuk orang tua, dan orang-orang di sekitarnya.

~salam hangat dari Ummu Ibrahim~
melihat, mendengar dan merasakan sesuatu untuk ditulis sembari belajar dan memotivasi diri sendiri

Saturday, April 16, 2011

Suamiku Hebat

Suamiku bukanlah laki-laki yang suka membantu istrinya di dapur, suamiku juga bukanlah laki-laki yang suka membantu istrinya membereskan rumah, suamiku tidak suka berkebun, suamiku bahkan cenderung cuek terhadap pekerjaan rumah. Tapi, suamiku adalah suami hebat yang sangat kubanggakan.

Hampir tiap bulan sekitar 2-3 kali aku meninggalkan anakku untuk keperluan arisan bulanan kantor suamiku maupun arisan RT. Aku hanya mempercayakan si kecilku kepada abinya. Alhamdulillah, Ibrahim memang sangat dekat dengan abinya, jadinya bukan masalah yang besar ketika harus kutinggalkan paling lama 3 jam bersama abinya. Sebelum Ibrahim disapih, aku memang sangat khawatir jika meninggalkan si kecil lebih dari 2 jam, tapi setelah penyapihan, aku cenderung lebih tenang meninggalkannya.

Berdua di KL express saat hanimun


Awalnya aku agak ragu saat pertama kali meninggalkan anakku walau dengan abinya sendiri ketika usia si kecil sekitar 8 bulan. Karena aku sadar sekali, suamiku berasal dari keluarga yang berada jadi cenderung manja dan cuek dengan pekerjaan wanita. Tapi saat itu suamiku meyakinkan bahwa aku ga perlu khawatir meninggalkan Ibrahim bersamanya kalau hanya untuk arisan. Saat itu memang aku sudah enggan mengajak anakku untuk arisan karena polahnya yang sudah mulai aktif.

Kali pertama alhamdulillah berhasil, karena si kecil tidak rewel dan menjadikan aku semakin percaya kepada suamiku untuk selanjutnya kuminta menjaga anakku. Pernah beberapa waktu saat kutinggal, anakku pup sehingga suamiku dengan terpaksa harus mau tidak hanya mengganti popoknya tapi juga harus membersihkan kotoran dan mencuci badan anakku. Ternyata suamiku bisa, dan aku bangga dengan kehebatan suamiku. Bahkan mertuaku pun heran dengan kemampuan suamiku itu.

Pernah satu waktu, aku ada acara bazaar di hari Sabtu. Aku pun meminta ijin suamiku untuk turut bergabung dengan berjualan mainan edukatif. Saat itu, Ibrahim berusia 15 bulan. Suamiku mendukungku dan meyakinkanku untuk turut serta. Dia berjanji menjagakan Ibrahim untukku. Alhamdulillah, suamiku berhasil mengurus anakku mulai dari menyuapinya sarapan (kebetulan makanannya beli nasi kuning saja, karena sudah mulai bisa makan nasi), hingga berusaha menidurkannya walaupun tidak berhasil karena saat belum disapih. Tapi alhamdulillah Ibrahim tidak rewel hingga acaraku berakhir dari pukul 07.00 - 13.00

Di saat kami berjalan-jalan ke mall atau pusat perbelanjaan atau bepergian, hampir sering sekali suamiku lah yang menggendong dan menjaga anakku, sedangkan dia membiarkanku berjalan tanpa beban. Hingga mamaku sendiri pun keheranan dan berkomentar : "Biasanya anak laki-laki itu dekatnya sama ibunya lho, kok ini dekat banget sama bapaknya". Pernah juga satu hari saat kami berada di bank, saat antrian banyak sekali, aku hanya duduk menanti giliran sedangkan suamiku berdiri sembari bermain bersama anakku. Saat itu ada bapak satpam yang berkomentar : "wah, anaknya dekat sekali ya pak dengan bapaknya daripada ibunya".

Selain itu, suamiku juga mempunyai banyak kehebatan lainnya. Di edisi selanjutnya deh akan saya sharing satu persatu kehebatan suamiku yang membuatku semakin sayang dan cinta kepadanya. Barangkali hal ini merupakan hal yang sepele untuk para wanita yang suaminya lebih hebat, tapi bagiku suamiku lebih dari sekedar hebat...... :)



Friday, April 1, 2011

"jeJamuran" : Makanan Maknyuss dari Aneka Jenis Jamur

Oleh : Lian Dewi Angellia

Pernahkah Anda menyantap nikmatnya makan sate ayam, rendang daging, tongseng kambing, pepes ikan, peyek teri, lumpia ayam, keripik singkong? Pernahkah Anda membayangkan semua menu itu dengan rasa yang sama tetapi diubah bahan utamanya menjadi jamur? 

Jika Anda pecinta kuliner tapi bermasalah dengan kesehatan seperti kolesterol atau asam urat, "jeJamuran" solusinya karena warung ini menawarkan berbagai sajian masakan nikmat dan sehat dengan menggantikan semua bahan utamanya dengan aneka jamur. 


Lokasi dari warung makan "jeJamuran" ini terletak di daerah Niron, Pendawaharjo, Sleman. Kalau dari arah Jogjakarta, kita bisa melewati Jalan Magelang lurus terus hingga melintasi ring road lingkar utara. Setelah melewati lapangan nDenggung Sleman, 1 km dari situ (kira2 di Jalan Magelang km 10.5) ada perempatan belok saja ke kanan (ke arah timur). Warung makan "jeJamuran" terletak 1 km lagi. Posisi warungnya ada di sebelah kiri jalan (utara jalan). Kira2 100-200 meter dari perempatan tersebut (sebelah kanan jalan - selatan jalan) sebenarnya ada juga warung jamuran dan ikan bakar dengan warna papan nama yang hampir sama, tapi bukan itu yang saya maksud.

Papan nama penunjuk arah menuju ke warung "jeJamuran" bisa ditemukan disetiap sisi jalan menuju ke lokasi tersebut, ada di Jalan Magelang dan juga bisa ditemukan bila Anda melewati jalan Monjali.

Papan Nama Penunjuk Arah 
Ketika sampai di warung "jeJamuran", kita akan melihat papan nama besar di depan pintu masuk warung tersebut. Bagi Anda yang membawa motor, parkirnya lumayan dekat karena hanya di depan pintu masuknya saja, sedangkan untuk parkir mobil, area yang disediakan cukup besar kira-kira 50 meter di sebelahnya.

Warung ini didesain secara etnis jawa dengan interior yang tradisional tapi terkesan mewah. Meja dan kursi yang disediakan lumayan banyak, terdapat toilet yang bersih, dan musholla.

Papan Selamat Datang
Pintu Masuk Warung Makan "Jejamuran"
Menurut pak Wiranto, salah satu tukang parkir motor di depan warung ini, waktu buka warung ini adalah pukul 09.00 - 21.20 WIB (untuk order terakhir). Waktu sibuk warung ini sekitar pukul 12.00 hingga pukul 15.00 WIB. Untuk acara-acara tertentu seperti meeting, pesta ulang tahun, dan syukuran bisa memesan terlebih dahulu dengan booking tempat. Tapi khusus hari Minggu dan hari libur, tidak diterima order untuk booking acara tertentu, karena biasanya di hari tersebut peminat "jeJamuran" sudah meluap.

Di dalam warung ini, akan banyak dijumpai contoh budidaya dari jamur yang digunakan untuk mengolah masakan. Jamurnya pun bermacam-macam, yaitu ada jamur kuping, jamur kancing, jamur merang, jamur tiram, dan aneka jamur yang lainnya. 

Koleksi budidaya jamur
Menu yang disajikan di warung makan ini sangat bervariatif, mulai dari sate jamur, rendang jamur, tongseng jamur, pepes jamur, jamur goreng tepung, telur dadar jamur, jamur asam pedas, jamur bakar pedas, jamur goreng penyet, sop jamur, lumpia jamur, tumis jamur lombok ijo, sup krim jamur, tom yum jamur, dan gudeg jamur.

Harga yang dipatok untuk masing-masing menu pun cenderung murah, berkisar dari Rp 3.000/per potong lumpia hingga paling mahal Rp 15.000/porsi (untuk telur dadar jamur dan jamur asam manis), sedangkan menu lainnya rata-rata seharga Rp 8.000 dan Rp 10.000/porsi.

Untuk rasa, saya dan suami menilai jauh dari perkiraan kami, karena kenikmatan yang disajikan benar-benar seperti menyantap makanan dengan bahan bukan jamur. Seperti rasa sate-nya, sangat mirip sekali dengan rasa sate ayam. Bahkan setahun lalu, saya juga pernah mencoba rendang jamur dan tongseng jamur rasanya tak kalah dengan rendang daging dan tongseng kambing. Benar-benar rasa yang maknyusss, dengan harga yang tidak mahal, pelayanan mewah tapi mengesankan, dan fasilitas tampat yang eksotis.

Sate Jamur
Jamur Goreng Tepung Oyster (Tiram)
Tumis Jamur Cabe Hijau
Ketika bertandang ke warung ini, kami hanya bertiga saja yaitu saya dengan suami dan anak (tapi anak tidak makan karena sedang tidur). Jadi, kami berdua memesan 2 piring nasi plus 3 menu masakan di atas (sate jamur, jamur goreng tepung dan tumis jamur lombok ijo) dengan minuman jeruk hangat untuk saya dan es teh untuk suami. Selain itu, kami juga memesan untuk dibungkus 2 porsi nasi putih, 2 porsi sate jamur dan 1 buah lumpia. Total yang harus kami bayarkan hanya Rp 69.000, relatif murah menurut saya. Harga kaki lima tapi rasa bintang lima, sangat mengesankan ^^,....

Silakan mencoba bagi Anda yang berkunjung ke Jogjakarta. Jangan melewatkan wisata kuliner ke warung makan "jeJamuran", karena recommended banget lah pokoknya.... :)

Salam Super Maknyussss 

Jogjakarta, 1 April 2011

Wednesday, March 30, 2011

Sego So'on & Sambel

Oleh : Lian Dewi Angellia

Beberapa kali saya ditanya orang di luaran Jogja mengenai nasi kucing (apalagi di luar pulau Jawa), mereka penasaran dengan bentuk dan rasa nasi kucing itu seperti apa. Yang ada di benak mereka, nasi kucing itu adalah nasi yang menjijikkan karena untuk makanan kucing tapi disantap oleh manusia. Ketika di pekanbaru, sopir mobil kami pun menanyakan hal yang sama, lalu kami jawab kalau nasi kucing itu porsinya sedikit seperti sekepal kecil tangan manusia, dan jika dilahap cuma 5-6 suapan penuh saja, tapi kenikmatannya memang sulit dibandingkan dengan makanan lain. Nasi kucing memang menjadi ikon makanan khas Jogjakarta yang murah, meriah, dan mengenyangkan (kalau makan minimal 3 bungkus).

Filosofi munculnya nasi kucing sendiri sebenarnya adalah karena dahulu di Jogjakarta banyak dijumpai masyarakat ekonomi lemah bahkan ada juga mahasiswa yang miskin, tapi dengan uang terbatas mereka ingin tetap bisa makan. Tambah lagi memang Jogjakarta pada masa itu tergolong propinsi termiskin di Indonesia dihitung dari pendapatan daerahnya. Akhirnya nasi kucing ini mencuat kiprahnya hingga detik ini walaupun kehidupan di Jogjakarta sudah tidak sesulit dulu.


Sebelum berangkat cuti liburan ke Jogja 6 bulan lalu, saya mendapat info dari teman di fesbuk ketika saya menanyakan beberapa tempat makan enak di Jogja melalui status yang saya tuliskan, salah satunya adalah Sego So'on. Lalu saya saya mencoba makanan tersebut, yaitu sejenis nasi kucing tapi dengan menu lauk so'on. Menu ini bisa didapatkan di satu warung angkring di daerah Jalan Gondomanan, tepatnya kurang lebih 200 meter ke arah selatan dari pertigaan Gondomanan. Warung ini berbentuk semacam warung angkring dengan satu gerobak dan kursi panjang di sekelilingnya dan dilengkapi dengan tenda terpal di atasnya, kemudian hanya ditutup dengan spanduk untuk memberi tanda jualan warungnya. 

Warung angkring ini baru buka pukul 17.00 wib yaitu setelah toko di belakang warung ini tutup. Banyak pelanggan setia yang selalu rela antri demi menyantap nasi soon ini. Jadi teringat ada pepatah orang jawa ketika melihat warung yang ramai seperti itu "Dodole wae nganti bokong bakule ra ketok", artinya "Jualan kok sampe gak keliatan pantat penjualnya". Tapi anehnya, walaupun pembeli sangat ramai, tapi mereka jarang menunggu hingga lama karena pelayanan yang sangat cepat dan cekatan, juga karena biasanya penjual yang melayani ada 3 orang. 

Ketika saya memotret-motret lokasi warung tersebut, tukang parkir yang menjaga motor di pinggiran jalan tersebut mengajak ngobrol saya dan sedikit mempromosikan jualan nasi so'on. Awalnya dia bertanya kepada saya : "Badhe kagem promosi nggih bu?" (Mau buat promosi ya bu). Saya jawab : "Ya nanti saya masukkan internet pak, biar bantu promosikan". Lalu kata bapak tua berbaju oranye itu bercerita bahwa nasi soon ini sering menerima banyak pesanan, 150 bungkus lah ato 300 bungkus lah atau lebih. Dia juga mengatakan bahwa nasi soon ini awet juga kalau tidak sempat dimakan hari itu juga, bisa menginap sehari tanpa dipanasin. Setiap harinya, warung ini hanya buka tak lebih dari dua jam saja, bahkan seringnya hanya buka satu jam sampai kira-kira pukul 6 sore dan dagangan sudah ludes habis tak bersisa.

Harga normal perbungkus nasi soon+sambal adalah dua ribu perak (RP 2.000). Tapi tak jarang banyak pembeli memesan perbungkusnya dengan harga tiga ribu perak (Rp 3.000) supaya nasinya dilebihin porsinya. Nasi soon tersebut dibungkus dengan cara ditempelang, yaitu ditutup tengahnya dengan daun lalu kedua sisi ujungnya dilipat lalu dikaretin.

Rasa dari nasi soon sambel ini lumayan menggoda di lidah. Perpaduan rasa pedas dari sambal dan pedas mrica dan lombok ijo dari soon serta nasi putih yang hangat membuat lidah bergoyang dengan penuh selera. Pelengkap dalam menyantap nasi soon ini ada beberapa macam, yaitu ada gorengan (tempe goreng, tempe gembus goreng, bakwan goreng), ada juga kepala ayam goreng, ceker goreng, dan sayap goreng. Harga untuk gorengan perbijinya adalah lima ratus perak (Rp 500), dan untuk kepala ayam dua ribu lima ratus perak saja (Rp 2.500).

Anyway, mungkin tidak semua orang suka dengan so'on, seperti suami saya ketika menyantap makanan ini nampaknya menunjukkan raut muka yang biasa saja. Beda halnya dengan saya, mama saya dan adik-adik saya yang suka sekali dengan makanan ini. Tapi supaya Anda tidak kecewa dan penasaran, sesekali cobalah menu ini ketika mampir di Jogja. Karena dengan membeli 1 bungkus, tidak akan membuat Anda kekenyangan dan tetap bisa berwisata kuliner di tempat jajanan lain... 

Jogjakarta, 30 Maret 2011

Thursday, March 24, 2011

Coconut Pudding (Puding Kelapa Muda)

Pas beberapa saat lalu mbak Dian Sofyan lagi ketempatan buat arisan departemen, saya berencana buat nyumbang sajian makanan pendamping menu utama. Bingung juga nih mau saya bikinin apa ya..... Akhirnya setelah calling-calling dengannya dan menanyakan dah pesen apa saja biar bisa menyesuaikan dengan yang mau saya bikin, akhirnya saya putuskan untuk bikin Opera Cake dan Coconut Pudding....


Berikut ini saya share resep coconut pudding hasil coba-coba di dapur :


Bahan :
A. Lapisan 1
  • 400 ml air kelapa
  • 1/2 bungkus agar2 warna hijau
  • 60 gr gula pasir (3-4 sdm)

B. Lapisan 2 dan 4
  • 900 ml santan dengan kekentalan sedang
  • 1 bungkus agar2 putih
  • 120 gr gula pasir (6-7 sdm)

C. Lapisan 3
  • 400 ml air/air kelapa
  • 1/2 bungkus agar2 warna putih
  • 60 gr gula pasir (3-4 sdm)
  • 1 sdt nutrijel warna plain 
  • kelapa muda serut
Bahan Fla :
  • 500 ml air + susu kental manis carnation atau bisa 500 ml freshmilk
  • 80 gr gula pasir (bs ditambah untuk yang selera manis)
  • sedikit garam
  • (bila suka bisa juga dicampuri dengan keju yang sudah diparut/dihaluskan)
  • 1 sdm maizena

Alat : Loyang Pudding Plastik ukuran 1800 ml

Cara Membuat :
  1. Campurkan Bahan A hingga mendidih, lalu hilangkan uap panasnya baru tuangkan ke dalam loyang
  2. Tunggu hingga setengah padat, lalu panaskan juga Bahan B. Setelah mendidih tuangkan setengah adonan di lapisan atasnya.
  3. Panaskan Bahan C (kecuali kelapa muda serut) hingga mendidih, campurkan kelapa muda serut ke dalam adonan. Masukkan ke lapisan atasnya sembari diratakan jumlah kelapa serutnya supaya seragam di seluruh area
  4. Tunggu hingga adonan setengah padat, panaskan kembali adonan B, lalu tuang kembali di lapisan atasnya.
  5. Fla : air susu, gula, garam hingga panas, ambil kurang lebih 50 ml air susu tsb dalam cangkir lalu campur dengan maizena, kemudian masukkan kembali kedalam panci. Aduk terus hingga mulai mengental. 

Tips : 
  • Khusus untuk lapisan C, HARUS pakai jelly ya (bisa nutrijel atau merk lain), fungsinya untuk merekatkan karena ada kelapa muda serut yang membuat ada tambahan konten yang tidak bisa rekat hanya dengan agar-agar saja
  • InsyaAlloh rasanya nikmat dan maknyussss, bagi yang suka manis, gulanya bisa ditambahi. 
  • Kelapa serut bisa juga diganti dengan nata de coco atau buah leci (tergantung selera)
  • Bisa juga dimasukkan kulkas setelah mulai padat semua, untuk rasa yang lebih menggoda ^^,

Silakan mencoba, semoga sukses.....!!!

Wednesday, March 23, 2011

Si Kecilku di Usia 2 Tahun

Alhamdulillah hari ini 22 Maret 2011, Ibrahim anakku genap 2 tahun menghirup udara di dunia yang fana ini. Tepat dua kali dia mengelilingi matahari bersama Abi dan Ummi sebagai hadiah, anugrah dan karunia terindah setelah pernikahan Abi dan Ummi. Tak terasa banyak hal yang sudah dilaluinya dari keceriaan hingga kesedihan.

Di usianya yang kedua ini, tak ada satu perayaan apapun walaupun hanya kecil. Memang adalah menjadi prinsip kami orang tuanya untuk tidak menjadikan hari kelahiran sebagai suatu momen tersendiri untuk dirayakan walaupun sekedar hanya mengucapkan “Selamat hari Ulang Tahun” ataupun “Met Milad” sekalipun.  Semua itu berjalan seperti biasanya, doa-doa terpanjatpun secara khusus pun selalu kami panjatkan setiap harinya.


Pada saat usia Ibrahim 21 bulan yang lalu, dengan sangat terpaksa harus saya sapih karena saya positif hamil lagi. Sebelum saya dinyatakan positif hamil pun (ketika Ibrahim 20 bulan), sebenarnya ibu mertua sudah menyarankan untuk menyapih Ibrahim untuk persiapan kehamilan berikutnya, selain itu supaya meningkatkan nafsu makan Ibrahim sehingga beratnya bisa naik. Akhirnya, dengan bercampur kesedihan saya sapih Ibrahim dibantu abinya yang memberikan support kepada saya, yang mana setiap malamnya turut begadang menidurkan Ibrahim. Masa klimaks penyapihan tersebut berlangsung 3 hari 3 malam saja, dan selebihnya Ibrahim sudah melewatinya tanpa merengek meminta ASI. Akan tetapi, kebiasaan tidur di awal2 penyapihan barangkali menjadi masa-masa sulit baginya, karena kami ummi dan abinya harus bergantian menggendongnya hingga dia tertidur. Kebiasaan ini berlangsung skitar 1 bulan pasca penyapihan.

Di usianya sekarang ini, alhamdulillah Ibrahim mempunyai kemampuan rata-rata standar seperti anak-anak lainnya. Walaupun dalam hal berbicara masil belum terlalu jelas, kadang hanya saya sebagai ummi yang bisa paham maksudnya sedangkan abinya terkadang minta saya untuk mengalih bahasakan apa yang dikatakan Ibrahim. Teman sepantarannya ada yang bicaranya memang sudah sangat lancar, tapi juga ada yang masih belajar mengumpulkan kosakata juga.

Mainan Lego bikin menara

Dalam kemandirian, Ibrahim alhamdulillah sudah bisa makan sendiri sejak usia 15 bulan, usia ini mungkin termasuk agak terlambat dibandingkan teman-temannya yang dalam usia setahun sudah bisa makan sendiri. Sejak usia 13 bulan, Ibrahim sudah saya latih untuk lepas disposable diapers, walaupun untuk malam hari masih saya pakaikan. Hingga di usianya ke 18 bulan, totally Ibrahim sudah tidak memakai disposable diapers lagi. Di usianya yang ke 21 bulan, saya ajak dia untuk toilet training sehingga sehari-harinya pun sudah tidak saya pakaikan cloth diapers lagi melainkan celana biasa. Alhamdulillah, di usia 2 tahun sekarang Ibrahim sudah jarang ngompol lagi, karena selalu rutin saya bawa ke toilet. Kecuali dalam hal pup, dia masih belum sepenuhnya mau di toilet, seringkali masih pup di celana.


Bergaya dengan Kacamata

Dalam bersosialisasi, saya amati perilakunya dengan beberapa kawannya terkadang sudah bisa berbaur, kadang juga masih bermain sendiri dan cenderung tidak peduli dengan temannya. Ibrahim lebih senang untuk bermain dengan anak usia lebih tua. Dalam hal berbagi, Ibrahim belum sepenuhnya bisa melakukannya karena sering sekali saya amati dia merebut mainan temannya atau jika mainannya yang tergeletak dimainkan oleh temannya, maka dia akan mengambil/merebutnya. Saya berharap perlahan, dia bisa belajar untuk berbagi, apalagi sebentar lagi akan mempunyai adik. Dalam berterima kasih, alhamdulillah dia sudah mengetahui konsep tersebut sehingga ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain ataupun telah dibantu mengambilkan sesuatu, dia akan mengatakan "kaciiih".


Dalam hal mengenal angka 1-10 alhamdulillah itu sudah dia kuasai. Beberapa warna pun sudah dia kenal seperti oranye, kuning, biru, dan hijau. Huruf yang dia ketahui masih beberapa saja yaitu A, B, C, O, I, dan W. Dan bentuk-bentuk geometri dasar yang sering dia sebutkan adalah bintang, bulat, telur dan layang-layang. 


Naik ke Rak Buku

Anyway, saya menyadari kemampuan masing-masing anak tidak dapat disamakan. Awalnya dulu sering hati saya sebagai ummi berkecil hati melihat anak2 lain mungkin bisa lebih cepat melakukan sesuatu dibandingkan Ibrahim. Tapi. sekarang saya tidak akan memasang target terlalu tinggi terhadap Ibrahim dalam masa balitanya. Yang penting, saya sebagai umminya bisa mendampinginya selalu untuk menstimulasi perkembangannya, tidak lelah mengajarinya dan selalu sabar mendidiknya. 

Saya teringat kata-kata teman saya seorng psikolog anak, dia mengutip kata seorang Profesor yang menyatakan bahwa anak di usia 7 tahun, anak akan mampu mengejar ketertinggalannya dibanding dengan anak yang di usia 4 tahun sudah lebih dulu distimulasi. Sehingga di usia 9 tahun nantinya, kemampuan mereka bisa akan sejajar. Terlepas dari itu, saya bukan berarti akan bersantai dalam mendidik anak. Tapi bagaimana tetap menstimulasi anak untuk berkembang dan berpikir, walaupun sebenarnya di usia tertentu nantinya anak akan mempunyai kemampuan yang sama dalam hal mengenal huruf, angka, bentuk dan warna. Yang membedakan mereka nantinya adalah ketekunan dalam belajar dan bakat, sehingga itulah yang nantinya membedakan mereka dalam berprestasi.

Bontang, 22 Maret 2011

Tuesday, March 22, 2011

Pudding Zebra

Dulu saya pernah membaca tabloid SAJI jadi terinspirasi untuk membuat pudding zebra. Resep awalnya sih seharusnya ada lapisan yang menggunakan air kopi, tapi karena pas mau bikin nggak punya kopi, jadinya bikin zebra aja deh, mumpung bahan yang tersedia adanya ya cuma itu.



Bahan:
A. Coklat
  • 400 ml Freshmilk warna coklat
  • 1/2 bungkus agar2 warna putih
  • 50 gr gula pasir
  • 50 gr dark coklat batangan 
  • 25 gr coklat bubuk 

B. Mocca
  • 400 ml Freshmilk warna putih
  • 1/2 bungkus agar2 warna putih
  • 2 bungkus sachet moccacino/coffemix/nescafe/torabika kopi susu
  • 50 gr milk coklat batang (optional : tidak pakai tidak apa2)
  • 1 sdm gula pasir
  • 1 sdt mocca pasta
C. Putih
  • 400 ml Freshmilk warna putih
  • 1/2 bungkus agar2 warna putih
  • 50 gr white coklat batang (optional : tidak pakai tidak apa2)
  • 50 gr gula pasir.
  • optional : klo mau tambah enak bs juga 50 gr white coklat batang bisa diganti dengan 50 gr whippy bubuk yang dicampur 100 ml air matang/freshmilk - porsinya ambil dari 400 ml fresmilk di atas ya
Fla:
  • 400 ml freshmilk warna putih
  • 50 gr keju cheddar (blender sebentar bersama sedikit bagian dari freshmil sbg pencairnya)
  • 50 gr gula pasir
  • 1 sdm maizena
  • optional : kuning telur
Cara membuat:
  1. Campurkan semua bahan A lalu panaskan hingga meletup2. Tuang 1-2sdm cairan puding coklat ke cetakan-cetakan kecil. Untuk kali ini saya menggunakan cetakan kue putri ayu dan bolu negro
  2. Ketika lapisan Bahan A sudah setengah padat, campurkan semua bahan B lalu panaskan hingga meletup2. Tuang 1-2 sdm ke lapisan di atasnya 
  3. Lakukan hal yang sama untuk Bahan C
  4. Panaskan kembali Bahan A supaya mencair kembali, lalu tuang kembali di lapisan berikutnya
  5. Lakukan demikian seterusnya hingga semua bahan habis
  6. Fla : panaskan freshmilk+keju yang sudah dihaluskan+gula hingga mulai panas. Ambil beberapa sendok sayur cairan ke dalam gelas lalu campur dengan maizena. Tuang campuran maizena ke dalam panci hingga meletup2 tanda sudah bisa diangkat. [Kalau mau diberi kuning telur, menjelang matang, ambil secawan cairan dr panci ke mangkuk kecil, lalu campur dg kuning telur dan segera aduk dengan sangat cepat kemudian campurkan kembali ke panci dan tetap aduk dengan cepat supaya telur tercampur dengan baik.]



Wednesday, February 16, 2011

Sebuah Renungan Untuk Orangtua Agar Tidak Berlebihan Mengutarakan Rasa Bangga Terhadap Anak Pada Orang Lain

Oleh : Lian Dewi Angellia

Adalah wajar kita sebagai orang tua bangga sekali dengan apa yg telah dicapai anak. Suatu perasaan alamiah, apalagi kita yang sehari2 menghadapi anak dari kecil hingga besar kelak. Kenapa kita bahagia dan bangga ketika anak menunjukkan ke^bisa^annya yang baru. Menurut saya karena tadinya anak tidak bisa apa2 kemudian kita sebagai orang tua merasa mengajari ataupun selalu mendampinginya, hingga si anak bisa, hal itu yang membuat kebahagiaan tak terkira bangi orang tua.


Saya sendiri, ketika mempunyai anak pertama yang alhamdulillah lahir normal, dalam setiap pertumbuhannya selalu ada saja sesuatu yang baru dibuatnya. Misalkan ketika bisa mulai memanggil Abi utk pertama kalinya di usia 11 bulan. Rasa bahagia itu menyeruak mendengarkan celotehan demi celotehan di usia selanjutnya walaupun kosakatanya sedikit sekali. Ketika si kecil sudah mulai menyebutkan kata demi kata di usianya skitar 20 bulanan yang terbilang telat dibandingkan teman2nya, bisa makan sendiri, sudah lepas dr popok, belajar angka dan huruf, dan setiap perkembangannya yang walaupun kecil tapi terasa sangat bermakna dan membahagiakan. Tak pelak, kadang di depan abinya yang sehari-hari kerja, saya ceritakan dengan bangga ttg kepintaran si kecil. Dan ketika orang tua saya atau mertua saya menelpon, dengan bangganya saya ceritakan setiap tahap perkembangan si kecil.


Hmmm, tapi semua yang kuceritakan adalah dunia kecilku dengan suami dan anakku. Aku masih mempunyai pandangan yang seharusnya lebih luas keluar, untuk tidak terlalu berlebihan membanggakan anakku. Terkadang suamiku berkata, "wah anak kita pintar ya dek sudah mulai bisa ini itu, tapi anak2 seusianya memang masanya seperti itu kali, malah ada yang bs ngomong lebih cepat lho kayak anaknya si A, si B, si C". Yaaa, aku memang hanya melihat sisi ke^bisa^an anakku saja. Aku tahu, suamiku berkata demikian supaya aku tidak terlalu *berlebihan* membanggakan anak dan supaya aku bersikap biasa ketika bercerita kepada orang lain mengenai pertumbuhan anakku, namun dengan tetap memberikan penghargaan terhadap anak utk sbg motivasi.

Bagaimana dengan anak2 temanku yang lainnya? Memang benar kata suamiku, ketika si kecilku sekarang di usianya 23 bulan baru belajar awal utk menyusun kalimat karena bicara kata per katanya masih belum jelas, anak2 lain seusianya bahkan yang lebih muda pun sudah lancar berbicara dan bercerita. Ketika satu waktu aku bertanya kepada temanku kapan anaknya sudah bs menyebut angka urut, teman berkata di usia 8 bulan anaknya sudah bs nyebut angka 1-10 (hanya bermaksud menjawab pertanyaan saya, tdk bermaksud lebih lho). Dan ketika tanya mama saya, kapan saya dan saudara2 sekandung saya mulai bisa berbicara, mama saya menjawab "Di usia setahun anak2 mama udah pada bisa bicara kok..". Dan ketika saya tanya mertua kapan abinya si kecil mulai bisa bicara, mertua menjawab "Agak telat nduk, di usia 20 bulan lebih, malah yang paling bontot anak ibu, usia 2 th lebih blm bs ngomong sampe ibu takut klo2 bisu. Alhamdulillah sekarang gedhenya udah kuliah malah jd cerewet gitu hehehehe". Itulah, warna warni kekhasan anak. Tidak perlu kita banding2kan cepat atau lambat kemampuan anak dalam melakukan sesuatu. Semoga kelak, anak2 kita nantinya bisa berkompeten mjd insan yang bermanfaat.

Bangga terhadap anak tentu saja sah2 saja, dan menceritakan prestasi anak kepada orang lain juga wajar saja kok selama hal tersebut tidak berlebihan dan tidak bermaksud membanding2kan dengan anak lain. Justru janggal juga kalau dalam bergaul dengan tetangga atau teman, kita sama sekali tidak pernah menceritakan tentang anak, hehehe... (Karena saya paling seneng lho denger cerita ibu2 ttg anak2 mereka beserta warna warninya). Wajar saja menurut seorang ibu bercerita misal demikian "alhamdulillah si kecil dah mulai berdiri, semoga bisa lekas jalan ya", tiap ibu juga pasti girang sekali bukan dg perkembangan buah hatinya yg demikian. Tapi pasti beda rasanya dengan pernyataan seperti ini : "alhamdulillah si kecil dah bs berdiri, sedangkan teman2nya di usia yang sama masih pada merangkak malah ada yang blm bisa merangkak alias masih ngesot lho, hebat ya anak saya, smoga cepat jalan ya".... (contoh fiksi bgt ^^,).. Grrrrrrhhh, yang denger pasti langsung pada ilfil wkwkwk.....

Tidak ada orang tua yang tak ingin anaknya berprestasi di sekolah dan di manapun berada. Kekaguman saya kepada pernyataan seorang kawan : "siapa sih yang ga pengen anak kita pinter dan juara satu, tapi kalaupun anakku memang blm mampu juara satu ya kenapa harus dipaksakan, aku hanya berharap di kehidupannya kelak, anak2ku bs survive berjuang utk hidup di manapun mereka berada dan mempunyai perilaku yang baik. bermanfaat bagi orang banyak dan tidak merugikan orang". Senada dengan suamiku yang pernah mengatakan, "Janganlah menuntut anak2 kita nanti utk selalu menjadi yang nomor satu, tapi didiklah mereka menjadi pribadi yang konsisten dan bertanggung jawab, contohnya konsisten rajin belajar utk mencari ilmu, menekankan lebih pada proses bukan pada hasil".

Pastinya masing2 orang tua mempunyai prinsip berbeda2 dalam pola asuh dan mendidik anak. Itulah warna warni kehidupan. Semoga Alloh senantiasa memudahkan dan melapangkan kita dalam mendidik anak selama kita berusaha dengan baik dan benar, sehingga nantinya ketika anak kita tumbuh jadi manusia dewasa, kita sebagai orang tua dikaruniai kebaikan-kebaikannya (keshalihan, kemanfaatan ilmu, kemuliaan akhlak, dan ketaatannya kepada Alloh, Rasul, dan orang tuanya). Amiin.

(Mohon maaf, di tulisan ini saya tidak bermaksud menggurui atau hal lain lho ya, hanya ingin berbagi karena saya pribadi kadang *tanpa sadar* melakukan kesalahan2 dalam mengekspresikan rasa bangga terhadap anak, mungkin ada hal2 yang kurang dari saya, bisa ditambahi oleh yang berpengalaman) -maklum sy msh muda seperti daun-

Bontang,16 Februari 2011
Umminya Ibrahim
*yang masih harus bijak dan sabar dalam mendidik thole dan adik2nya kelak

***********************

Berikut ini satu artikel yang saya baca dari tulisan yang dikutip oleh drg. Olla Budiarko (Rumahgigiwika Balikpapan)
Dikutip beliau dari buku: Dengan Pujian, Bukan Kemarahan (rahasia pendidikan di negeri Sakura) karya Nesia Andriana

***********************

Coba kita simak beberapa contoh ungkapan yang kerap kali terdengar di kehidupan kita sehari-hari:
* om dulu bisa membaca koran dikelas 4 SD
* anaknya teman itu masih kelas 2 SD sudah fasih membaca dan menulis dalam bahasa inggris
* anakku sudah fasih memainkan piano padahal masih kelas 2SD
* anak saya pinter lho matematikanya
Dsbnya

Ungkapan-ungkapan itu sering saya dengar dan membuat saya sering merasa heran,mengapa orang-orang banyak yang saling adu kemampuan anak-anak kecil mereka?? saya jadi bertanya-tanya, apakah betul kemampuan masa kecil mereka akan menentukan masa depan yang bersangkutan?

Dari apa yang saya lihat, tidak demikian. Cukup banyak saudara, famili, atau sekedar kenalan semasa kecilnya dulu menjadi kebanggaan orangtua: juara satu, cepat membaca, cepat jalan, berbadan montok dan (sepertinya) sehat, bahkan cepat tumbuh gigi, ternyata setelah dewasa, "tertatih-tatih" menjalani hidup. Persoalan yang dihadapi ketika manusia telah dewasa ternyata begitu kompleks dan sulit diperkirakan ketika mereka masih kecil. Persoalan yang umumnya tidak ada lagi hubungannya dengan prestasi masa kecil seperti cepat berjalan, berbadan montok, kuat menghafal, jago matematika, dan sederet prestasi yang banyak orangtua suka pertandingkan itu. Saya jadi berpikir bahwa kebanggaan atas prestasi masa kecil anak, bisa berakibat negatif melemahkan posisi sebagai pendidik bagi para orangtua. Di atas langit masih ada langit, begitu bunyi pepatah, Bila orangtua berbangga-bangga dengan prestasi anak, maka ketika mereka bertemu dengan anak yang lebih hebat, mungkin cara pandang terhadap anak sendiri jadi berubah. Dari bangga atau kagum jadi kecewa dan merendahkan kemampuan anak. Saya pikir ini akan mempengaruhi kebijaksanaan orangtua karena sudah tidak siap lagi menerima kondisi anak apa adanya. Melihat anak dengan tolak ukur orang lain.

Bagaimana dengan anak itu sendiri? yang anak butuhkan adalah penerimaan utuh/total dari orangtuanya sendiri, karena setiap anak adalah individu yang berdiri sendiri, punya kekhasan sendiri. Semoga kita mampu lebih bijak menyikapi hal-hal demikian.