Wednesday, May 11, 2011

Dan Andai Saja Kau Bisa Sampai di Hari Ini.......

Oleh : Lian Dewi Angellia

Kuusap lembut wajahku dengan kedua telapak tangan usai berdoa di penghujung shalat maghribku. Kubuka lembaran Qur’an tuk sekedar melantunkan kalimat-Nya yang begitu indah dengan bacaan Fatihah sebagai pembukanya. Ketika selesai membaca Qur’an, kuteringat hari ini tepat tanggal 11 Mei. Bayanganku menerawang pada seorang sosok sahabat yang sudah lama sekali tak kujumpai. Hari ini tepat usianya 27 tahun.

Dialah Betty Nasution, nama seorang sahabat yang kukenal sejak duduk di bangku SD. Wajahnya yang ayu, kulitnya putih, rambutnya hitam legam berkilau indah semakin menampakkan kesempurnaan penciptaan-Nya. Penampilannya yang cukup menarik dan bersih tak mengisyaratkan bahwa sebenarnya Betty adalah dari kalangan biasa ke bawah. Kami melewati masa SD bersama, di sebuah SD Negeri tingkat kelurahan yang sederhana, bersiswakan anak-anak kalangan biasa dengan fasilitas sekolah yang seadanya. Walaupun prestasi akademik kami bisa dikatakan seimbang, tetapi hubungan persahabatan kami tak pernah kendur.

Teringat pada saat kami kelas 3, usia kami tentu saja masih sekitar 9-10 tahunan. Jadwal jam pelajaran sekolah kami dimulai pukul 10. Hal ini dikarenakan sekolah kami keterbatasan ruang kelas, sehingga kami harus bergantian dengan anak kelas 1 yang pelajarannya berakhir pukul setengah 10. 

Setiap jam 12 tiba, kami mendapat istirahat pertama selama 15 menit. Aku pun selalu mengajak Betty untuk ke mushola walaupun dia tidak bawa mukena. Saat itu sekolah kami belum mempunyai mushola, sehingga aku harus berjalan keluar pagar dan masuk ke kantor polisi di seberang sekolah kami untuk sekedar sholat. 

Beberapa kali Betty ikut ke mushola, dia menjadi senang sekali bisa ikutan sholat dengan bergantian mukena denganku. Memang dia berasal dari keluarga yang notabene kurang mampu, sehingga pendidikan agama yang dia dapatkan pun masih minim, apalagi disiplin untuk sholat pun belum dia dapatkan dari orang tuanya.

Satu ketika di saat-saat tengah pelajaran, dia bertanya padaku “Li, kamu kalo sehari-hari sholat di mana?”

Aku jawab, “Di rumah aja sih Bet, paling maghrib doang yang jamaah sekalian TPA. Emang knapa?”

“Enggak sih, aku bingung aja. Aku pengen kayak kamu bisa sholat 5 waktu. Tapi kamu khan tau sendiri kalau rumahku itu kotor dan pernuh dengan kotoran ayam” keluh Betty kepadaku.

Aku pun terdiam sesaat, bingung juga dengan apa yang mesti kusarankan kepadanya. Memang aku tahu persis kalau rumah Betty yang berdinding bambu dan besarnya tak lebih dari 5x6 meter itu tidak mempunyai sekat apapun yang memisahkan antara kamar tidur, dapur dan kandang ayam, kecuali hanya lemari yang membatasinya. 

Orang tua Betty adalah seorang penjual ayam potong kecil-kecilan di pasar. Selain karena lingkungan rumah Betty memang sudah padat, barangkali orang tua Betty takut kehilangan ayam sehingga menaruh kandang di dalam rumah. Jadi wajar saja ayam-ayam sudah biasa berlalu lalang di dalam rumah ketika lupa terkunci kandangnya. Bau agak menyengat bahkan ceceran kotoran ayam tak jarang mewarnai meja belajar Betty. Untuk aktivitas KCK, Betty dan keluarga mengandalkan Sumur dan WC Umum yang dekat dengan rumahnya. Terkadang aku jijik juga melihatnya ketika aku mampir ke rumahnya. Tapi aku salut sekali padanya, tak pernah Betty mengeluhkan hal tersebut padaku. Hanya saja terkadang dia malu ketika aku mampir kerumahnya.


Pada saat itu karena pemahamanku masih sangat dangkal, kupikir kotoran ayam merupakan salah satu najis yang membuat shalat menjadi tidak syah. Padahal sebenarnya kotoran ayam itu bukanlah najis seperti yang kutahu sebelumnya. Seperti kotoran ayam, kambing, sapi dan hewan lain yang boleh dimakan semuanya tidak najis, karena pada dasarnya “terdapat suatu kaedah penting yang harus kita perhatikan yaitu segala sesuatu hukum asalnya adalah mubah dan suci. Barangsiapa mengklaim bahwa sesuatu itu najis maka dia harus mendatangkan dalil. Namun, apabila dia tidak mampu mendatangkan dalil atau mendatangkan dalil namun kurang tepat, maka wajib bagi kita berpegang dengan hukum asal yaitu segala sesuatu itu pada asalnya suci”. 

Akhirnya aku menyarankan “Hmm, gimana kalo sholatnya ke masjid aja Bet, khan malah bisa dapat jamaah?”.

“Iya Li, aku juga udah mencoba sesekali ke masjid pas ashar, magrib dan isya. Tapi kalau shubuh aku masih takut keluar ke masjid.” Ungkap betty.

“Ya coba shalatnya di atas tempat tidurmu aja, yang penting bersih Bet”, kataku menyarankan.

“Iya sih, aku coba semampuku deh.” Kata Betty.

*****

Setelah lulus SD, kami pun melanjutkan di SMP yang kebetulan sama walaupun kami berbeda kelas. Kelas kami berjejeran sehingga hampir tiap istirahat kami bertemu muka dan saling sapa walaupun tidak banyak mengobrol. Persahabatan kami pun tidak usai walaupun kedekatan kami sudah tak seperti masa SD dulu. Tentu saja Betty mempunyai teman-teman sekelas yang sehari-hari lebih dekat dengannya, dan aku pun demikian.

Aku ingat sekali, Betty tak pernah absen datang kerumahku ketika hari ulang tahunku tiba, walaupun tidak pernah kurayakan. Aku pun terkadang merasa bersalah, di saat ulang tahun Betty, aku jarang sekali ingat, bahkan aku tunda-tunda untuk mengantarkan kado ke rumahnya dan berakhir lupa. Tapi Betty tak pernah membalas hal tersebut di ulang tahunku. Dia selalu datang tepat waktu dengan kado terbungkus rapi.

*****

Waktu pun terus berlalu, kami sudah sibuk dengan aktivitas kami masing-masing. Masa SMP kami lalui dengan cemerlang. Tapi sayang, SMA kami berbeda sehingga aku semakin jauh dan jarang bertemu dengan sahabat kecilku itu. Walaupun demikian, terakhir saat ulang tahunku yang ke 15 tahun, Betty masih main ke rumahku dengan tak lupa kadonya juga. Setelah itu aku sudah tak mendengar kabarnya lagi karena memang rumah kami berjauhan.

Saat itu tahun 2000, aku tak ingat bulan apa tepatnya, yang jelas kami sudah menginjak kelas 2. Siang itu usai pelajaran sekolah, aku ingat hari itu hari Jumat karena kami pulang awal. Seperti biasanya aku mempunyai jadwal extrakulikuler sholawatan. Ketika pukul 1, tiba-tiba aku dijemput mamaku. Aku pun kaget karena mamaku tau jadwal selesai sholawatan masih sore. Lalu mamaku menghampiriku dan berpamitan kepada kawan-kawanku untuk mengajakku pulang. Lalu aku bertanya, “Knapa Ma, kok jemputnya awal banget?”

“Ayo kita ke rumah Betty, kita melayat!!!” kata mamaku agak tersengal-sengal nafasnya

Dengan masih agak kaget, aku pun bertanya “Lho siapa yang meninggal?”

“Betty……………..” jawab mamaku singkat.

Aku pun menyerang mamaku dengan sejuta pertanyaan, tetapi mamaku diam dan menyuruhku tenang. Segera kami menuju ke rumahnya. 

Sesampai di ujung gang tempat masuk rumah Betty, sudah nampak orang-orang riuh berkerumun. Jenazah Betty sudah siap hendak diberangkatkan untuk dimakamkan. Aku pun masih tidak bisa percaya hingga aku bertemu dengan ibu Betty. Ketika melihatku tangis ibu Betty semakin menjadi, dengan memelukku erat serasa tak ingin lepas. Dia tidak bisa berkata apa-apa, hanya berucap “Betty…. Betty….”.

Aku pun tak kuasa menahan tangis kesedihan. Tak kuat aku berdekatan dengan ibu Betty yang tangisnya semakin meraung karena semakin membuatku bertambah sedih bukannya aku malah sanggup untuk menghiburnya.

Betty berpulang di usianya yang menginjak 16 tahun. Usia belia di mana orang tuanya sudah menggenggam berjuta harapan akan keberhasilannya.

Terakhir yang kutahu, sebulan sebelum meninggal Betty belajar naik motor. Karena masih kikuk belajar, Betty pun jatuh menabrak pembatas jalan. Akhirnya paha kaki Betty sebelah kiri patah dan diharuskan operasi untuk menyambung tulang yang patah. Namun, pasca operasi bukannya kesembuhan yang didapat tetapi pembengkakan yang semakin parah yang muncul. 


Kehilanganmu memberikan pukulan berarti bagiku, tidak semua temanku bisa menjadi sahabat baik sepertimu. Kamu adalah satu dari anugrah terbaik yang Alloh berikan kepadaku. Betty Nasution.... kan kukenang selalu nama dan semua kebaikanmu serta memori indah tentang kita...
Innaa lillahi wa innaa illaihi rooji’uun, “Sesungguhnya semua yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah”.

Semoga Alloh mengampuni segala dosa-dosanya dan menerima segala amal ibadahnya, mengangkat derajatnya dan memasukkannya dalam golongan orang yang beruntung.

-TAMAT-

^ Andai kau masih ada, usiamu sekarang genap 27 tahun ^

0 comments:

Post a Comment