Thursday, May 13, 2010

Selamat Tinggal ChupaChup

Oleh : Lian Dewi Angellia


Kutulis kenangan indah ini untuk mengingat saat-saat bersama dengan Chupachup di kamar B-6-38 Millennium Court Dormitory. Dia adalah teman setiaku sekaligus roommate-ku yang Alloh titipkan padaku untuk menemani saat-saat kesendirianku di kamar untuk kuceritai kisahku di kampus, kuungkapi keluh kesahku tentang sesuatu hal yang tidak aku sukai, kubagi rasa bahagiaku dan semuanya selalu kutumpahkan pada Chupachup. Dan dia selalu mendengarkanku seolah dia paham apa yang aku bicarakan. Dia hanya menatapku setiap aku berbicara dengannya.

Chupachup adalah nama ikan kecil berwarna merah yang kubeli tepatnya 2 bulan yang lalu, 6 September 2007 di pasar murah “Convocation” di dekat dengan Datuk Tengku Conselor area Universiti Malaya. Aku membelinya seharga 10 Ringgit sudah termasuk makanan dan akuarium kecil plastic sebagai tempat tinggalnya.

Setiap 3 hari sekali aku selalu memandikannya alias mengganti airnya yang sudah kotor dengan air bersih. Ketika dia sedang bahagia, dia selalu merekahkan sirip-siripnya yang menawan kepadaku, tapi ketika mood-nya sedang menurun tubuhnya tidaklah merah menyala. Kupelajari hari demi hari tentang tingkah lakunya, hingga dia paham ketika aku mengajak bicara padanya. 

Lebaran 2007 kemarin, aku berencana untuk tinggal di apartemen temenku di karena kebetulan apartemen tempat dia tinggal dekat dengan masjid di mana aku melaksanakan sholat ‘Ied. Aku berniat menitipkan Chupachup pada Vireak temen kampusku dari Kamboja. Aku khawatir jikalau aku meninggalkannya di kamar, dia akan kesepian dan tidak ada yang memberinya makan. Akhirnya setelah mendapat persetujuan dari Vireak, aku membawanya ke kampus dan meletakkannya di Master Room (ruangan khusus mahasiswa Master). 2 hari aku tinggalkan Chupachup tanpa khawatir karena aku yakin mempercayakan pada orang yang tepat. 

Sekembali dari perjalananku, kudapati Chupachup di akuarium kecilnya sepertinya tidak doyan makan. Ooooh kasian benar, mungkin kangen dengan aku hehehehe… Kulihat airnya sudah mulai keruh, akhirnya sebelum kubawa pulang, kumandikan dulu di kamar mandi depan Master Room. Bodohnya aku, kutuangkan air kotor itu pelan-pelan ke lubang toilet karena aku yakin tanganku menutupi lubang akuarium. Tanpa kusadari, Chupachup melompat dari akuarium dan masuk ke lubang toilet. Seketika aku langsung menjerit histeris memanggil Vireak. Semua teman-temanku yang ada di Master Room (yang pada saat itu pas lagi pada ngumpul ngerjain tugas) segera menghampiri toilet dan mencemaskanku. Aku hanya berujar sedih ke Vireak bahwa ikanku melompat ke lubang toilet. Dengan lemas aku masuk ruangan meninggalkan teman-temanku yang ada di toilet saling berebut ingin melihat ikanku di dalam lubang, malah dari mereka ada menertawakan kejadian ini. Aku berpikir bahwa ikanku sudah pasti mati dan tidak mungkin terselamatkan. Tanpa disangka, dengan gesit tangan Vireak masuk ke lubang toilet dan segera dia memintaku segera memasukkan dalam akuarium. Ya Alloh, Engkau menyelamatkan ikanku dengan perantaraan Vireak. Teman-temanku yang ada di situ pada saat itu terlihat jijik sekali melihat Vireak membawakan Chupachup padaku, tapi dia sudah berhasil mengambilkan Chupachup untukku.

Alhamdulillah, Chupachup selamat walaupun untuk beberapa saat badannya pucat dan tidak semerah biasanya. Yaaa mungkin karena agak terkontaminasi dengan air di lubang toilet. Selama 2 hari Chupachup agak susah makan, tapi setelah itu dia terlihat sangat lincah dan kembali genit seperti biasanya.

Hari demi hari kulewati masa bersama Chupachup. Hingga aku pada satu waktu menceritakan bahwa sebentar lagi aku akan menikah, dia menatapku seolah merasakan kebahagiaan itu juga. Aku menceritakan perasaan bahagiaku ketika aku dilamar, dan berpesan padanya ketika nanti aku pulang ke Indonesia untuk menikah, aku akan meningalkannya sebentar dan menitipkannya pada Vireak. Pada saat itu dia hanya menatapku dengan matanya yang bulat menggemaskan. Seolah dia berkata “Aku turut bahagia untukmu”. Dia selalu menatapku ketika aku bicara, bahkan ketika dia sedang berenang-renang, seketika akan berhenti dan menatapku kalau kudekati dan kuajak bicara. 

Seminggu kemudian, ketika aku mengganti airnya yang sudah keruh, kupindahkan Chupachup sebentar di gelas plastik seperti yang biasa aku lakukan padanya. Entah kenapa tiba-tiba aku gemas melihat akuarium tersebut sudah mulai muncul lumut. Akhirnya aku sikat menggunakan deterjen tapi batu-batu yang menghiasai akuarium itu tidak turut serta aku keluarkan. Setelah kubilas beberapa kali dan kulihat sudah tidak berbusa lagi, kumasukkan Chupachup ke dalam akuarium dengan air yang bersih.

Inilah awal dari kisah tragis yang dialami Chupachup. Seharian itu dia tidak mau makan, hingga aku bersabar kutunggu hingga besok paginya tetap tidak mau makan. Hingga 3 hari dia tetap tidak mau makan. Kulihat sisiknya pucat dan sudah tidak merah lagi. Kuminta ke Widi temanku untuk mencarikan nyamuk, kupikir kali aja Chupachup bosan dengan makanan yang monoton. Setelah Widi memberikan beberapa ekor nyamuk yang dia tangkap di apartemennya lalu kucoba untuk berikan ke Chupachup, tetap saja dia tidak mau makan. Aku tak pernah menyadari semua ini berawal dari kebodohanku mencuci akuarium dengan deterjen. Hingga aku melihat matanya sudah mulai muncul selaput putih yang menghalangi penglihatannya, aku segera menyadari bahwa mungkin ada yang salah. Aku ingat-ingat lagi dan prasangkaan terbesarku hingga saat ini memang adalah karena pencucian akuariumnya. Segera aku memindahkannya ke box tempat makananku dan berharap dia akan membaik. Kutunggu hingga dia mau makan, tapi tetap saja dia sepertinya sudah buta karena tidak bisa sensitif lagi ketika aku mendatanginya dan memberinya makan. Sedih sekali rasanya hatiku, ketika belajar aku hanya memandanginya yang sudah benar-benar pucat dan kulihat badannya agak menggembung dan lemah. Ya Alloh, kasian benar ikanku......

Pagi dini hari itu aku terbangun untuk menunaikan shalat tahajud seperti biasanya. Dalam doaku kupinta jikalau Alloh menghendaki ikanku pergi insyaAlloh aku ikhlas supaya Chupachup tidak menderita telalu lama, tapi jikalau Alloh masih menjadikan Chupachup sebagai sahabatku di kamar kumohon kesembuhannya. Sungguh benar-benar doaku seketika langsung terkabul. Sesaat setelah kuusapkan telapak tangan pertanda telah selesai kuberdoa, kulihat Chupachup berputar-putar dalam air seperti berlari hingga 3-4 putaran dalam box kotak itu, dia langsung diam dan terjatuh dan hanya sekali dia bergerak tapi setelah itu benar-benar diam. Aku yakin bahwa itulah sakarotul mautnya seekor ikan tak jauh berbeda dengan sakarotul maut manusia. Maha Besar Alloh telah menunjukkan kepadaku betapa Besar kekuasaan-Nya. Seketika itu mataku berlinang melihat ikanku yang terkapar tak bernyawa lagi. Sungguh kebesaran Alloh dalam mencabut nyawa seekor ikan kecil. Bagaimana ketika manusia yang dicabut nyawanya??? 

Kutekuri tubuh Chupachup dalam sedikit penyesalanku, sungguh aku memohon ampun kepada Alloh karena telah menyia-nyiakan ikanku yang tak berdosa itu. Hingga kudengar suara adzan Shubuh dan kutinggalkan tubuh Chupachup masih di dalam box dengan tubuh yang perlahan mulai memutih dan di bagian perutnya muncul warna kecoklatan seperti keracunan sesuatu. 



Siangnya tepat pukul 13.00 waktu Malaysia, kubungkus tubuh ikanku dengan tisue berwarna putih dan kuikat beberapa bagiannya menyeruapai pocong. Kubawa ke tanah lapang dekat apartemen tepatnya di bawah pohon rindang yang selalu aku lewati ketika hendak ke kampus. Kukuburkan tubuhnya yang kecil, dan untuk mengenangnya untuk yang terakhir kalinya, kuambil gambar kuburannya...


Allohu Akbar, Maha Besar Alloh yang menguasai seluruh makhluk di dunia ini. Tak ada yang dapat mengelak ketika Alloh sudah berkehendak. Kita sebagai manusia layaknya hanyalah berusaha dan berdoa semoga ridho Alloh senantiasa menaungi kita. Semoga Alloh menjadikan kehidupan kita dipenuhi dengan barokah dan cinta-Nya. Semoga kita diakhirkan dalam keadaan yang baik (khusnul khotimah). Amiin... 

0 comments:

Post a Comment