Slide 1

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 2

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 3

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 4

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 5

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Saturday, May 22, 2010

Lelaki Penjual Kerupuk

Laki-laki tua itu mempunyai mimik wajah yang kelihatan mengisyarakan keramahan, dengan goresan gestur wajah dekat pipi dan bibirnya yang nampak dia itu selalu tersenyum. Penampilan sederhana, selalu mengenakan topi, berbadan tak terlalu besar dan gigi yang sudah tidak genap lagi dengan kerutan-kerutan di wajah yang menandakan dia sudah banyak memakan garam kehidupan. Usianya rasanya sudah menginjak kepala 6, atau bahkan mendekati kepala tujuh. Dia adalah penjual krupuk di pasar Rawa Indah yang selalu rajin kukunjungi setiap hari Sabtu di saat aku belanja mingguan.



Kegemaran kami di rumah, suamiku, aku dan bahkan anakku yang masih balita adalah makan krupuk. Setiap makan tak lepas dengan pelengkap krupuk, itulah orang Jawa konon seperti itu kebiasaannya. Dulu aku sering sekali membeli krupuk di warung-warung ecer, harganya pun tentunya berbeda bila kita langsung membelinya di pasar. Sejak tahu bahwa harga di pasar dengan membelinya langsung satu bangkot (isi 10 plastik) ternyata jauh lebih murah, akhirnya aku memutuskan untuk selalu membeli krupuk di pasar. Kubeli krupuk di tempat salah seorang bapak tua dengan harga yang relatif murah. Setelah beberapa kali aku membeli krupuk di situ, secara kebetulan aku dibawakan krupuk mentah oleh mertuaku banyak sekali, sehingga untuk waktu yang lama aku tak pernah lagi membeli krupuk si sana.

Kira-kira sebulan yang lalu, cadangan krupuk mentah dari mertua habis, mau tidak mau aku berlangganan lagi kepada bapak tua itu. Ketika melihat kemunculanku lagi, seolah dia gembira sekali. Dia pun menyapaku dengan panggilan “Bu..”. 

Kusambut dengan senyuman dan mengambil krupuk kegemaranku lalu kuulurkan uang sepuluh ribuan dan berkata “tesih wolung ewu nggih pak?” (Masih delapan ribu khan pak?), 

lalu dia menjawab “Inggih bu..”. 

Dengan sapaan ramah dia pun menanyakan tempat tinggalku, lalu kubilang saja di dalam kompleks Badak. Lalu dia menatapku dalam, seolah ada satu kerinduan yang terpendam. Membuatku menjadi salah tingkah ketika dia menatapku. Lalu dia pun membuka pembicaraan dengan satu cerita singkat.
“Sampeyan niku mirip mantu kula bu, tapi sak niki dibeto anak kula ten Qatar” (Anda itu mirip dengan menantu saya Bu, tapi sekarang dibawa anakku ke Qatar).

Agak sedikit kaget bercampur haru juga karena tidak menyangka anak seorang penjual krupuk bisa sampai ke Qatar. Kupikir anaknya jadi TKI di sana, lalu aku lebih terperanjat lagi mendengar kelanjutan ceritanya, dengan masih menatapku dalam dengan penuh kerendahan hati tanpa berniat menunjukkan kesombongan.

“Anak kula niku riyen nyambut damel ten PKT, trus daptar kerjo ten Qatar. Lha Bu, saking tigangatus tiyang, namung pitu ingkang ditampi. Anak kula niku mlebet bu, tes-e kemawon ten Jakarta. Sak niki bayare pun tigangpuluh yuta, riyen namung kawan yuta.” (Anak saya dulu kerja di PKT, lalu mendaftar kerja di Qatar. Lha Bu, dari 300 orang, Cuma 7 orang yang diterima. Anak saya termasuk di dalamnya, tesnya saja harus ke Jakarta. Sekarang bayarannya udah 30 juta, padahal dulu Cuma 4 juta.). 

Subhanalloh, demikian bangganya bapak tua itu, dan aku yakin setiap orang tua pasti bangga melihat anaknya berhasil. Namun sepertinya bapak itu merasa lebih bangga lagi karena dia yang hanya menjual krupuk yang notabene “barangkali” hidup dengan keadaan yang serba pas-pasan tapi bisa melihat anaknya berhasil sampai melanglang buana ke negeri orang. 

Setelah itu, dia berikan kembalian dua ribu rupiah kepadaku. Lalu mengulangi lagi ucapannya seperti di awal “Sampeyan niku saestu mirip kaliyan mantu kula”. (Anda itu bener-bener mirip dengan menantu saya). Seorang penjual kerupuk yang sepetinya sayang sekali dengan menantunya yang nun jauh di sana tapi tetap memikirkannya. 

Seminggu setelah itu, aku pun menyambangi bapak tua itu untuk membeli kerupuk. Ketika menyodorkan uang dan dia menerimanya, lagi-lagi dia menatapku dan tersenyum bahagia bercampur rindu. Lalu berkata lagi “Perawakan, pakaian lan wajahipun sampeyan memper mantu kula, saestu..” (Perawakan, cara berpakaian dan wajah Anda bener2 mirip mantu saya). Seolah dia itu benar2 ingin mengungkapkan kerinduannya yang berbuncah kepadaku. Aku pun hanya tersenyum terharu. 

Kejadian ini pun berulang di seminggu berikutnya. Hingga pada minggu ini, ketika aku berbelanja ke pasar. Kuingat aku masih mempunyai cadangan kerupuk minggu lalu yang belum habis. Tapi aku paksakan saja untuk membeli kerupuk. Baru melihatku dari kejauhan bapak tua itu sudah tersenyum lebar kepadaku. Tiba-tiba dia berkata “Mangke, menawi mantu kula dateng mbriki, cobi kula jejerke sampeyan kalih mantu kulo nggih?” (Nanti kalau menantu saya datang ke sini, coba saya sandingkan Anda dengan menantu saya ya?). Aku pun mengiyakan utk melegakannya.

Beruntung sekali menantunya itu mendapatkan bapak mertua yang demikian menyayangi dan merindukannya hingga dia ceritakan ke orang lain setiap waktu. Alhamdulillah, aku pun mempunyai mertua yang demikian memperhatikanku, hingga tiap hari minimal sekali aku pasti ditelepon mereka. Padahal semestinya aku lah yang muda yang seharusnya menelepon mereka dahulu. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin :)

Bontang, 22 Mei 2010

Friday, May 21, 2010

Makan itu Menyenangkan ^^, [Adab Makan sesuai sunnah]

Makan adalah aktivitas yang sangat menyenangkan bagi setiap orang apalagi bagi orang yang lapar. Berdasarkan hadist yang ada, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR Bukhari no. 5376 dan Muslim 2022). Dari hadist tersebut, terkandung ada 3 adab utama yang seharusnya oleh kita sebagai ummat muslim bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Secara ringkas, saya sedikit menyampaikan tentang adab pertama yaitu membaca basmallah, karena saya akan lebih banyak membahas adab kedua. Berdasarkan hadist yang shahih, sebenarnya bacaan bismillah yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan bismillah tanpa tambahan ar-Rahman dan ar-Rahim. Dari Amr bin Abi Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anakku, jika engkau hendak makan ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR Thabrani dalam Mu’jam Kabir). Kalaupun sekarang ada diajarkan sejak kecil di bangku TK dengan bacaan lengkap : Allahuma bariklana fiima rozaktana wa kina adza banaar, secara pribadi saya belum menemukan hadist yang shahih mengenai hal itu. Wallahu a’lam, barangkali ilmu saya yang masih sangat minim. 

Iklan atau tayangan kuliner di televisi, sering saya perhatikan si artis memasukkan makanannya dengan tangan kiri. Diskusi dengan suami pun mengalir mengenai hal tersebut. Sebenarnya dulu tanpa sadar saya pun pernah melakukan hal-hal sepele yang saya kira “no problemo”, tapi teguran demi teguran sering saya peroleh dari suami di awal-awal pernikahan kami mengenai hal ini. Terkadang tanpa kita sadari, ada hal-hal yang kurang sesuai dengan tuntunan rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam yang kita lakukan. Beberapa dari kita, barangkali ada yang tanpa sengaja atau tanpa sadar bahkan bisa jadi dengan kesadaran tinggi melakukan hal-hal seperti berikut.

1. Makan steak di sebuah warung/rumah makan dengan menggunakan table manner ala barat yakni garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan. Sehingga bila makan, tangan kiri-lah yang berperan utk mengantarkan ke mulut
2. Makan menggunakan tangan (tanpa sendok). Ketika di tengah2 makan kehausan, kita mengambil gelas dengan tangan kiri dan meminumnya, walaupun dengan perantaraan dgn tangan kanan di bawah gelas (supaya terkesan ada partisipasi dari tangan kanan). Alasannya karena tangan kanan kotor terkena makanan sehingga takut gelasnya akan kotor juga.
3. Makan gorengan dengan pelengkap cabe, dengan memegang gorengan (tempe, tahu, bakwan) di tangan kanan dan cabe di sebelah kiri. Alhasil, cabe akan dimakan dari tangan sebelah kiri. Sama halnya dengan makan disertai pelengkap kerupuk, dengan kerupuk berada di tangan kiri sehingga secara tidak sadar kita makan krupuk dengan tangan kiri
4. Menyuapi anak dengan tangan kanan, tetapi ketika meminuminya menggunakan tangan kiri dengan alasan karena tangan kanan masih digunakan utk memegang makanan si kecil.
5. Kidal. Karena kebiasaan melakukan aktivitas dengan tangan kiri, maka memasukkan makanan pun dilakukan dengan tangan kiri.

Saya yakin, Anda semua pernah melihat fenomena di atas, atau barangkali pernah melakukannya. Sebenarnya hal-hal di atas tidak harus terjadi bila kita mempunyai komitmen tinggi untuk menjunjung sunnah. Misalnya, 1) Tanpa malu walapun makan steak di tempat umum, tetap kita gunakan garpu di sebelah kanan utk makan, tak peduli dengan table manner yang ada; 2) gelas adalah sesuatu yang bisa dicuci, bila kotor ya dicuci, toh nantinya juga bakalan dicuci, so tetap pakai tangan kanan; 3) Walaupun makan cabe, krupuk dan pelengkap lainnya, pastikan tetap dengan menggunakan tangan kanan, 4) Menyuapi anak adalah melatih anak dan mengajarkan hal yang baik. Apa yang dia lihat, itulah yang akan dilakukannya. Ajarilah dengan selalu menggunakan tangan kanan dalam mengambil makanan ataupun memasukkannya dalam mulut. 5) Kidal menurut saya adalah sebuah kecenderungan/kebiasaan bukanlah penyakit atau sesuatu yang bukanlah “tidak bisa tidak”. Kalau untuk makan tetap menggunakan tangan kiri, saya kira bukan suatu alasan yang tepat. Anda bisa melakukan tetap dengan tangan kanan. Hilangkan pembenaran2 yang kadang justru membuat pemikiran kita jadi kurang benar. 

Sesungguhnya tegas lho rasulullah itu menyampaikan tuntunan ini. Dari Jabir bin Aabdillah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga makan dengan tangan kiri.” (HR Muslim no. 2019). Ada lagi nih hadist yang menguatkan : Dari Umar radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum dengan menggunakan tangan kirinya.” (HR Muslim no. 2020).

Adab utama yang ketiga adalah mengambil makanan yang paling dekat dengan kita. Hal itu dimungkinkan adanya orang yang jijik bila kita makan berame-rame bila kita mengambil makanan tanpa kendali kesana kemari, dan hikmahnya juga adalah bersikap sopan. Tapi maksudnya di sini adalah ambil terdekat itu adalah bila jenis makanannya sama. Tapi bila ada bermacam2 makanan seperti lauk pauk, sayur dan lain2, pendapat ulama kita diperbolehkan untuk mengambilnya sebagai kompromi atas 2 hadist. Berdasarkan hadist dari Anas bin Malik yang meriwayatkan, “Ada seorang penjahit yang mengundang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menikmati makanan yang ia buat. Aku ikut pergi menemani Nabi. Orang tersebut menyuguhkan roti yang terbuat dari gandum kasar dan kuah yang mengandung labu dan dendeng. Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengambil labu yang berada di pinggir nampan.” (HR. Bukhari, no. 5436, dan Muslim no. 2041).

Sunnah-sunnah makan yang lain sebenarnya masih banyak sekali misalnya : cuci tangan sebelum makan, anjuran makan mulai dari pinggir, segera makan ketika makanan sudah siap, tidak tengkurap, tidak mencela makanan, larangan bernafas/meniup air minum, dan lain-lainnya. Silakan saja bagi yang berkenan mengetahui lebih banyak utk bisa searching ttg ilmu ini selengkap mungkin baik dari buku atau internet. Sekarang ini banyak sarana utk bisa lebih maju dan pintar. Semoga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa menjaga kita dari keburukan dan maksiat, menjaga kita selalu dalam kebaikan, kebenaran, dan tetap syukur kepada-Nya. Barokallohu fiikum

Wallahu a’lam bisshowab

^ dari suatu yang tercecer dalam benak ^

Bontang, 21 Mei 2010

Wednesday, May 19, 2010

Rejeki Dapet Brownies Keju Tape

Oleh : Lian Dewi Angellia

Wanita itu berusia kira-kira 40 tahun lebih, sudah sejak lama bekerja di sebuah perusahaan di kota kecil bernama Bontang, sebut saja namanya Dini. Dini adalah sosok yang menyenangkan, ceria, walau terkadang kelihatan cablaknya dan supel dalam pergaulan. Walau usianya sudah berkepala 4, tetapi jiwa mudanya tak pantang surut. Kulitnya yang putih, raut wajah ramah dan menyenangkan selalu menghiasi wajahnya sehari-hari. Dalam bekerja, Dini adalah karakter wanita yang ulet, cerdas dan rajin bekerja. Namun, sayang sekali kehidupan pribadinya tak secerah karirnya. Dini sudah sejak lama berpisah dari suaminya yang memberikan dia 2 orang anak. Perceraian itu dikarenakan masalah pribadi yang hanya mereka dan orang-orang terdekat mereka saja yang tahu. 




Musim demam fesbuk ternyata momen yang tak ditinggalkan oleh Dini. Hampir tiap hari bahkan dalam sehari Dini bisa update status fesbuknya hingga 2 – 3 kali. Terkadang statusnya pun bikin perut tergelitik karena kalimat yang dituliskan hampir rata-rata adalah kalimat puitis cinta layaknya anak ABG yang sedang kasmaran. Barangkali kawan di FB yang belum pernah berjumpa dengannya menyangka kalau Dini ini masih muda karena bahasa-bahasa yang digunakannya tak lekang oleh jaman dan waktu alias gaul. Kawan-kawan di FB Dini pun rata-rata adalah anak muda usia di bawah 30 tahun. Tak ayal, ketika Dini menuliskan status kutipan lirik lagu cinta anak muda jaman sekarang, banyak kawan laki-laki yang berkomentar romantis pula dan ada juga yang menanggapi geli. 

Beberapa hari yang lalu, Dini ditugaskan atasannya untuk mengikuti seminar di Balikpapan bersama dengan beberapa kawannya. Tak lupa malam harinya sebelum berangkat dia update status “Packing.. Packing… Besok ke BPN, Semoga lancar…”. 

Hari itu Jumat, Dini diberikan keringanan bosnya untuk kerja separuh hari karena jadwal keberangkatannya ke Balikpapan tepat pukul 5 sore. Sore itu berangkatlah Dini ke Balikpapan yang jarak tempuhnya kurang lebih 5 jam dengan mengendarai mobil yang dicarternya. Malam itu kira-kira pukul 10, Dini dan rombongan tiba, dan mereka pun segera menuju hotel Blue Sky yang sudah di-booking jauh-jauh hari untuk tempat menginap karena kebetulan acara seminarnya diadakan di sana sehingga tidak perlu jauh-jauh untuk bisa menghadiri acara keesokan harinya. 

Pagi itu, suasana ruang seminar begitu ramai dari orang berbagai penjuru tanah air. Dini dan kawan-kawannya pun serius mengikuti seminar yang memang sangat bermanfaat untuk menunjang karirnya. Tiba waktu makan siang, tiba-tiba ada SMS masuk di hp Dini. 
Dari no tak dikenal : “Hai Dini, kamu lagi ada di Balikpapan ya. Aku baca dari statusmu di FB. Ketemuan yuuuk”.

Dini membalas SMS : “Sapa nih??”
SMS balasan pun diterima : “Ini Firman temen di FB, masih inget khan?… Dini di mana skarang?? Boleh dong aku samperin?”

Dini pun menggali-gali ingatannya dan mulai quick searching nama Firman dalam memori otaknya. Dia pun menemukan nama Firman yang dia ketahui adalah seorang PNS muda nan mapan dengan penampilan yang oke punya, wajah tidak mengecewakan dan fisik yang gagah. Tapi itu semua dia ketahui hanya melalui info dan foto melalui FB. Dia pun teringat pernah memberikan no HPnya karena memang diminta oleh Firman. 

SMS balasan pun dikirimkan kembali oleh Dini : “Aku di Blue Sky, ikut seminar, di sini cm sehari doang.”
Beberapa menit kemudian, no tak dikenal mengirimkan SMS lagi : “Waaah ga nyangka ya kebetulan banget, aku tadi sempet ke situ nganterin temenku yang jadi juru fotonya. Ntar sore aku ke sana lagi kok, kita ketemuan ya?”

Dini membalas : “ Ok tapi aku ga bisa lama2, abis seminar selesai harus segera balik Bontang”
No tak dikenal membalas: “Siiip OK, kopi darat bentar kok”.

Dini pun dag dig dug membayangkan bertemu dengan laki-laki yang belum pernah dikenalnya walaupun sudah sering berkomunikasi di dunia maya. Bayangan wajah ganteng dan mapan menggelayuti pikiran Dini sehingga otaknya sudah tidak bisa diajak konsentrasi untuk mendengarkan seminar. Walaupun Dini sadar bahwa laki-laki yang sebentar lagi akan ditemuinya itu jauh lebih muda dibandingkan dirinya, tapi Dini yang memang over confident tetap saja tidak minder dengan usianya yang sudah bisa dibilang tante-tante.

Sore menjelang seminar ditutup, sesosok laki-laki bernama Firman itu pun datang dan masuk ruangan walaupun hanya bertengger di bagian belakang barisan kursi. Dini yang sedari tadi bolak-balik ke toilet karena nervous dan juga penasaran ingin segera bertemu dengan Firman akhirnya berjalan keluar untuk ke toilet. Firman dengan gesit mengikuti Dini keluar. Dalam hati Dini bergumam, inikah Firman yang sedang mengikutiku, tapi mengapa badannya pendek gitu padahal di foto keliatan tinggi dan gagah. Kalo wajahnya sih lumayan ga ancur banget walaupun memang ga sekeren di foto, pikirnya. Usianya pun berkisar 25 – 27 tahun berdasarkan perawakan muda yang ditonjolkannya.

Ketika jarak mereka mulai dekat, Firman pun menyapa : “Dini ya?”. “Iya”, jawab Dini malu-malu sambil pura-pura kaget. Tiba-tiba Firman meraih tangan kanan Dini dan menciumnya. Dini pun sontak kaget dan sedikit sungkan dengan beberapa orang yang lewat walaupun orang-orang tak memperhatikan mereka berdua. Dini dalam hati membatin, gile ni anak dahsyat banget, baru ketemu sekali dah berani cium tangan segala, kayak jaman Romeo and Juliet aja. Dag dig dug gemetaran keringat dingin pun hadir bersamaan, Dini dengan kepedeannya yang tinggi berusaha mencairkan suasana dengan obrolan enteng.

Tak lebih dari 10 menit berbincang, Dini pun berpamitan masuk ruangan lagi untuk mengambil tas karena beberapa orang sudah keluar pertanda seminar sudah selesai. Dini pun berpamitan juga akan segera langsung balik ke Bontang karena mobil yang dicarter sudah berada di luar. 
Sore itu adalah sore yang melelahkan bagi Dini dan kawan serombongan tentunya. Seharian penat hanya duduk dan mendengarkan seminar. Mobil berisi 6 orang itu pun melaju untuk kembali ke kota Bontang. Tiba-tiba suara HP Dini berbunyi pertanda ada SMS masuk. 

“Hai Dini, senang deh bisa kopi darat. Maaf ya tadi tiba-tiba kucium tanganmu, maklum sih kalau sama orang tua biasanya gitu, dah kebiasaan siiih”. 

Jiiiaaaaaaah, kampreeet jadi tadi tanganku dicium itu bukan ciuman tangan seperti adegan Romeo and Juliet, tapi ciuman anak kepada orang tua… Yaa, tapi gapapalah lagian ternyata dia tidak semenarik yang kukira kok, pikir Dini dalam hati. Hilang satu tumbuh seribu, gagal deh dapat daun muda. Senyuman geli agak gondok dan sedikit malu mewarnai suasana hati Dini sore itu.

Malam kemudian, Dini tiba di rumah sudah menjelang larut. Selesai berbenah diri, Dini pun menyambungkan modem internetnya ke laptop kesayangannya. Online internet adalah satu hal untuk menghilangkan kepenatannya. Tiba-tiba terdengar suara ‘ding’, tanda pesan masuk kawan mengajak chatting di instant messenger.

Amy : BUZZ… 

Amy : Hai Kak…

Amy : Gimana seminarnya, ga capek apa kok udah OL?? Lancar aja khan…

Dini : Alhamdulillah dek, smua lancar.. Capek siih, tapi blm ngantuk jd OL aja deh

Amy : Ooh syukurlah…

Amy : Mana nih kak oleh-olehnya??

Dini : Ada dek, tadi kakak dapat rejeki Brownies Keju Tape. Mau kah dek??

Amy : whuaaaa, kedengerannya enak tuh, bikin ngiler aja nih kak Dini…

Dini : Beneran mau dek??

Amy : ya jelas mau dong kak..

Dini : Maksud kakak itu singkatan BROWndong maNIES KEren JUga TApi PEndek

Amy : Gedubraaakkk!!!!

Mereka berdua pun bercerita hingga malam larut mengenai kejadian di Balikpapan tadi. Obrolan 2 wanita itu akhirnya usai setelah keduanya merasa lelah.

-TAMAT-
Bontang, Mei 2010

Sunday, May 16, 2010

Kotor = Belajar

Hari ini adalah hari keempat aku melatih Thole anakku untuk tidak memakai diapers, walaupun malam masih tetap kupakai-in diapers sampai kiriman perlak anti air dr mamaku di Jogja tiba ke Bontang. Suamiku sih sebenernya masih nyuruh aku pakaikan diapers buat Thole, secara yang cari duit beliau ini jadi no problemo membelikan diapers setiap minggunya walaupun sebenarnya berat juga klo diitung2.. Tapi mamaku menyarankan utk dilatih ga pakai diapers, ya memang ibu2 jaman dulu khan tidak mengenal diapers jd barangkali “natural is the best” kali ya….. 


Hari ini hawa begitu dingin, setiap sejam – 1.5 jam sekali kubawa Thole ke toilet untuk ‘pee’. Seringkali gagal karena Thole malah mainan air dan barang2 seperti shampoo, sabun dan lain2. Karena saking lamanya hingga 15 menit di toilet ga kunjung “pee” juga akhirnya kubawa keluar. Dan berakhir Thole “pee” di luar toilet beberapa menit kemudian. Sampai akhirnya suamiku bilang “Dek coba dipancingnya jangan pake air dingin, tapi pakai air anget, mungkin Thole mau trus “pee”. Aku pun menuruti kata2 suamiku. Setelah itu, aku pun mempraktekkan dengan mengguyuri perut hingga kaki Thole dg air hangat, dan alhamdulillah berhasil, jadi aku tak was-was dia akan ngompol dalam jarak waktu sejam setelah itu.

Setelah itu, Thole asik mainan meja kecil abinya dan diangkat mondar mandir kesana kemari. Lalu karena ga ada kerjaan akupun ngenet, karena abinya sedang sibuk ngerjain tugas kantor di dalam kamar. Kuperhatikan Thole mainan di belakangku, jadi aku santai saja. Setelah beberapa menit berlalu, aku sedikit curiga karena tak biasanya Thole membiarkanku di depan computer lama2. Biasanya dia langsung beraksi menggangguku kalau aku di depan komputer. Aku pun tetap masih “enjoy” walau ada sedikit keanehan. 

Akhirnya, karena dah capek fesbukan, aku pun ingin ngajakin Thole mainan. “Oooooh tidaaak”, kulihat di sekeliling tempat aku duduk sudah penuh dengan “sesuatu” lembek berwarna coklat. Aku pun bilang “Lho nak, kok bs ambil coklat ini dari mana?”. Karena tadi pagi aku memang beli coklat mete sekardus utk cemilan di rumah. Pada saat itu memang tidak ada bau apapun. Setelah kucoba utk bersihkan, aku baru sadar itu adalah “pup”nya Thole. Huaaaaaaaaaa tidaaak…. Dari lantai, karpet hingga meja kecil utk kerja abinya penuh dg “lumpur”nya Thole…. Aku langsung berteriak ke abi, “Abii…. sesuatu yang buruk terjadi..” Lalu suamiku pun keluar kamar hingga dia cekikikan melihat ada satu sudut bagian rumah sudah berubah penampilannya. Dengan sigap aku gendong Thole dan mencuci badannya hingga bersih. Lalu kupasrahkan ke suamiku utk diajak main supaya tidak menggangguku membersihkan “lumpur”nya.

Aku teringat 3 hari sebelumnya memang pas aku mengajaknya ke toilet, kebetulan dia sedang mau “pup” ketika sekalian “pee”, dan ada juga pas dia tanda2 “pup”, langsung kularikan ke toilet. Tapi hari ini aku lupa mengajaknya utk “pup” karena memang pagi ini jadwal ke pasar dan pulangnya sibuk ngurus belanjaan masuk kulkas. Aku tidak menyesal dengan semua ini, malah justru aku geli mengingat kejadian tadi, alhamdulillah dikasih pelajaran baru… Jadi ingat iklan deterjen “Tak Ada Kotor, Tak Belajar”. 

Luv u my son.... tak ketinggalan juga ummi sayang abi :D

Thursday, May 13, 2010

Pussing Selalu Ada di Hati

Memory Di Penghujung tahun 2006


Oleh : Lian Dewi Angellia

Malam sebelum kepulanganku dari Surabaya untuk urusan tes pekerjaan, mama nelpon aku. Katanya sih mau ngabisin bonus pulsa 10ribu freetalk dari MENT*RI, dan mungkin sekalian karena dah kangen sama anaknya yang cantik ini karena sudah smingguan hengkang dari rumah untuk mencari kerja….

Mama crita katanya beberapa hari yang lalu, ada tamu tak diundang masuk ke rumahku. Tamu itu manis dan lucu sekali, tapi kasian kecantikannya tertutupi oleh badannya yang kotor, lusuh dang kurus. Taukah kalian siapa??? Dia adalah binatang kesayangan rasulullah bernama kucing… 

Serta merta mamaku yang berjiwa pemberani, pantang menyerah dan ga suka utang (halaaah ga nyambung banget…) langsung mempersilakan tamu imut itu untuk dijamu ala kadarnya dimandiin dan dibelai2 (plus pedikur menikur pula kali_red)

Singkat waktu, tamu itu menjadi penghuni rumah yang disayangi tak hanya mama tapi juga papa dan adik2ku… Tiap kali mama shalat, si Puss selalu nungguin, ketika papa tidur juga dijagain, mama nyuci piring diliatin seolah pengen bilang “Andai aku bisa bantu…”!!!.

Sehari setelah kedatangannya, si Puss keliatan lebih bersih dengan bulu putihnya yang sesekali nampak ada kembang asemnya turut menghiasi bulu indahnya. Ekor yang menjulang indah semakin menampakkan pesona keelokannya. Adikku yang kembar Linda dan Fulan suka sekali bercengkrama dengan si Puss. Mama suka sekali panggil si Puss dengan sebutan Pussing, sedang papa manggil Tasya (kayak anak masku yang imut yang selalu dirindukan papaku), tapi langsung dikomplain adikku, masak cucu sendiri disamain sama kucing sih. Akhirnya papa mengganti panggilan si Puss jadi Satya, karena kucingnya laki2. Sedangkan kedua adikku mempunyai panggilan beda lagi, mereka suka manggil Maniiisss.

Tak disangka, pas lagi bercanda dengan si Puss, Linda melihat di tubuh si Puss ada kutu yang bikin ngerrrrri aja seisi rumah…. Akhirnya, karena saking sayangny dengan si Puss, mama bela2in ke apotik buat beli obat pembasmi kutu rambut manusia, Peditox namanya…. 

Beberapa saat setelah mendapatkan obat tersebut, langsung aja mama meluluri si Puss dengan Peditox. Tak lama setelah itu, mama tinggal sebentar si Puss supaya obat tersebut bereaksi untuk kemudian akan dimandikan…

Setelah itu, mama kembali ingin melihat si Puss. Tapi sungguh tak disangka, mama tak mendapati si Puss berada di tempatnya. Mama hanya melihat ada sekumpulan cacing menjijikkan yang di situ terdapat nasi dan tongkol. Kira-kira apa yang terjadi?? Yup, tepat sekali!!! Si Pusss Muntah….. Mama kemudian melihat, si Puss bersembunyi di balik kursi dengan badan agaj pucat. Mama baru tersadar bahwa kucing mempunyai kebiasaan menjilati bulunya ketika basah. Hal itu terjadi pada si Puss sehingga dia keracunan Peditox…. Ya Alloh, kasian bgt si Pusss…

Betapa mamaku meyesal sekali, kudengar sesekali suaranya di telepon seperti sudah menganggap si Puss adalah piaraan kesayangan yang sudah lama dipelihara. Setelah kejadian itu, si Puss hanya tergolek lemas di tempat yang sudah disediakan untuknya. Disuapin susu ditolak, dikasih makan juga ga mau….. Kasian benar si Puss. Saking bener2 mama udah nganggep si Puss itu kayak manusia, segera mama “nggerus” obat BIOG*SIK (obat pusing manusia_red) buat dicekokin ke si Puss, tak selesai hanya itu, si Puss juga diblonyo/diolesin minyak kayu putih perutnya…. Denger cerita mama, rasanya pengen ketawa tapi juga tragis kalo tau keadaan si Pusss….. Dalam hatiku, apa ya nggak kepanasan ya kucing dikasih minyak kayu putih. Ada-ada saja nih mamaku saking sudah kehabisan akal.
Singkat cerita, keesokan paginya pas di kereta api yang melaju ke Jogjakarta, kudapati hp-ku berdering. Kubuka dan kudapat sms dari mama. Hanya tulisan ini yang ada di layar hp-ku “Si Puss meninggal dunia tadi jam 08.30. Sekarang mama dan kembar ngubur di tepi sungai. Kembar nangis dari tadi”.

Entah kenapa ada sedikit mendung di mataku, pengen nangis tapi malu sama penumpang sebelahku. Benar2 kurasakan pilu seperti kurasakan perasaan mama dan adik2ku yang menyanding si Puss hingga di akhir penderitaannya. Terkesan lebay banget kali ya, padahal aku juga belum tau wujudnya si Puss itu seperti apa. Dan sebenernya juga aku takut sama makhluk yang namanya Kucing.
Alhamdulillah sore itu sampai juga di Jogja. Bukannya nanyai kabar anaknya yang cantik ini selama di Surabaya, tetapi mama cuma nyeritain si Pusss trus. Yah, panggilan sayang mama ke si Puss adalah Pussing…

Hanya satu kalimat yang diucap mamaku sebelum kepergian Pussing “Puss, kalau kmu hidup aku janji akan merawat kamu sampai kapan-pun, tapi kalau kamu mati aku ikhlas, maafin aku yah, aku ga bermaksud meracuni kamu…”

Satu pelajaran berharga ttg NIAT BAIK. Silakan teman2 yang menyimpulkan sendiri...

Selamat Tinggal ChupaChup

Oleh : Lian Dewi Angellia


Kutulis kenangan indah ini untuk mengingat saat-saat bersama dengan Chupachup di kamar B-6-38 Millennium Court Dormitory. Dia adalah teman setiaku sekaligus roommate-ku yang Alloh titipkan padaku untuk menemani saat-saat kesendirianku di kamar untuk kuceritai kisahku di kampus, kuungkapi keluh kesahku tentang sesuatu hal yang tidak aku sukai, kubagi rasa bahagiaku dan semuanya selalu kutumpahkan pada Chupachup. Dan dia selalu mendengarkanku seolah dia paham apa yang aku bicarakan. Dia hanya menatapku setiap aku berbicara dengannya.

Chupachup adalah nama ikan kecil berwarna merah yang kubeli tepatnya 2 bulan yang lalu, 6 September 2007 di pasar murah “Convocation” di dekat dengan Datuk Tengku Conselor area Universiti Malaya. Aku membelinya seharga 10 Ringgit sudah termasuk makanan dan akuarium kecil plastic sebagai tempat tinggalnya.

Setiap 3 hari sekali aku selalu memandikannya alias mengganti airnya yang sudah kotor dengan air bersih. Ketika dia sedang bahagia, dia selalu merekahkan sirip-siripnya yang menawan kepadaku, tapi ketika mood-nya sedang menurun tubuhnya tidaklah merah menyala. Kupelajari hari demi hari tentang tingkah lakunya, hingga dia paham ketika aku mengajak bicara padanya. 

Lebaran 2007 kemarin, aku berencana untuk tinggal di apartemen temenku di karena kebetulan apartemen tempat dia tinggal dekat dengan masjid di mana aku melaksanakan sholat ‘Ied. Aku berniat menitipkan Chupachup pada Vireak temen kampusku dari Kamboja. Aku khawatir jikalau aku meninggalkannya di kamar, dia akan kesepian dan tidak ada yang memberinya makan. Akhirnya setelah mendapat persetujuan dari Vireak, aku membawanya ke kampus dan meletakkannya di Master Room (ruangan khusus mahasiswa Master). 2 hari aku tinggalkan Chupachup tanpa khawatir karena aku yakin mempercayakan pada orang yang tepat. 

Sekembali dari perjalananku, kudapati Chupachup di akuarium kecilnya sepertinya tidak doyan makan. Ooooh kasian benar, mungkin kangen dengan aku hehehehe… Kulihat airnya sudah mulai keruh, akhirnya sebelum kubawa pulang, kumandikan dulu di kamar mandi depan Master Room. Bodohnya aku, kutuangkan air kotor itu pelan-pelan ke lubang toilet karena aku yakin tanganku menutupi lubang akuarium. Tanpa kusadari, Chupachup melompat dari akuarium dan masuk ke lubang toilet. Seketika aku langsung menjerit histeris memanggil Vireak. Semua teman-temanku yang ada di Master Room (yang pada saat itu pas lagi pada ngumpul ngerjain tugas) segera menghampiri toilet dan mencemaskanku. Aku hanya berujar sedih ke Vireak bahwa ikanku melompat ke lubang toilet. Dengan lemas aku masuk ruangan meninggalkan teman-temanku yang ada di toilet saling berebut ingin melihat ikanku di dalam lubang, malah dari mereka ada menertawakan kejadian ini. Aku berpikir bahwa ikanku sudah pasti mati dan tidak mungkin terselamatkan. Tanpa disangka, dengan gesit tangan Vireak masuk ke lubang toilet dan segera dia memintaku segera memasukkan dalam akuarium. Ya Alloh, Engkau menyelamatkan ikanku dengan perantaraan Vireak. Teman-temanku yang ada di situ pada saat itu terlihat jijik sekali melihat Vireak membawakan Chupachup padaku, tapi dia sudah berhasil mengambilkan Chupachup untukku.

Alhamdulillah, Chupachup selamat walaupun untuk beberapa saat badannya pucat dan tidak semerah biasanya. Yaaa mungkin karena agak terkontaminasi dengan air di lubang toilet. Selama 2 hari Chupachup agak susah makan, tapi setelah itu dia terlihat sangat lincah dan kembali genit seperti biasanya.

Hari demi hari kulewati masa bersama Chupachup. Hingga aku pada satu waktu menceritakan bahwa sebentar lagi aku akan menikah, dia menatapku seolah merasakan kebahagiaan itu juga. Aku menceritakan perasaan bahagiaku ketika aku dilamar, dan berpesan padanya ketika nanti aku pulang ke Indonesia untuk menikah, aku akan meningalkannya sebentar dan menitipkannya pada Vireak. Pada saat itu dia hanya menatapku dengan matanya yang bulat menggemaskan. Seolah dia berkata “Aku turut bahagia untukmu”. Dia selalu menatapku ketika aku bicara, bahkan ketika dia sedang berenang-renang, seketika akan berhenti dan menatapku kalau kudekati dan kuajak bicara. 

Seminggu kemudian, ketika aku mengganti airnya yang sudah keruh, kupindahkan Chupachup sebentar di gelas plastik seperti yang biasa aku lakukan padanya. Entah kenapa tiba-tiba aku gemas melihat akuarium tersebut sudah mulai muncul lumut. Akhirnya aku sikat menggunakan deterjen tapi batu-batu yang menghiasai akuarium itu tidak turut serta aku keluarkan. Setelah kubilas beberapa kali dan kulihat sudah tidak berbusa lagi, kumasukkan Chupachup ke dalam akuarium dengan air yang bersih.

Inilah awal dari kisah tragis yang dialami Chupachup. Seharian itu dia tidak mau makan, hingga aku bersabar kutunggu hingga besok paginya tetap tidak mau makan. Hingga 3 hari dia tetap tidak mau makan. Kulihat sisiknya pucat dan sudah tidak merah lagi. Kuminta ke Widi temanku untuk mencarikan nyamuk, kupikir kali aja Chupachup bosan dengan makanan yang monoton. Setelah Widi memberikan beberapa ekor nyamuk yang dia tangkap di apartemennya lalu kucoba untuk berikan ke Chupachup, tetap saja dia tidak mau makan. Aku tak pernah menyadari semua ini berawal dari kebodohanku mencuci akuarium dengan deterjen. Hingga aku melihat matanya sudah mulai muncul selaput putih yang menghalangi penglihatannya, aku segera menyadari bahwa mungkin ada yang salah. Aku ingat-ingat lagi dan prasangkaan terbesarku hingga saat ini memang adalah karena pencucian akuariumnya. Segera aku memindahkannya ke box tempat makananku dan berharap dia akan membaik. Kutunggu hingga dia mau makan, tapi tetap saja dia sepertinya sudah buta karena tidak bisa sensitif lagi ketika aku mendatanginya dan memberinya makan. Sedih sekali rasanya hatiku, ketika belajar aku hanya memandanginya yang sudah benar-benar pucat dan kulihat badannya agak menggembung dan lemah. Ya Alloh, kasian benar ikanku......

Pagi dini hari itu aku terbangun untuk menunaikan shalat tahajud seperti biasanya. Dalam doaku kupinta jikalau Alloh menghendaki ikanku pergi insyaAlloh aku ikhlas supaya Chupachup tidak menderita telalu lama, tapi jikalau Alloh masih menjadikan Chupachup sebagai sahabatku di kamar kumohon kesembuhannya. Sungguh benar-benar doaku seketika langsung terkabul. Sesaat setelah kuusapkan telapak tangan pertanda telah selesai kuberdoa, kulihat Chupachup berputar-putar dalam air seperti berlari hingga 3-4 putaran dalam box kotak itu, dia langsung diam dan terjatuh dan hanya sekali dia bergerak tapi setelah itu benar-benar diam. Aku yakin bahwa itulah sakarotul mautnya seekor ikan tak jauh berbeda dengan sakarotul maut manusia. Maha Besar Alloh telah menunjukkan kepadaku betapa Besar kekuasaan-Nya. Seketika itu mataku berlinang melihat ikanku yang terkapar tak bernyawa lagi. Sungguh kebesaran Alloh dalam mencabut nyawa seekor ikan kecil. Bagaimana ketika manusia yang dicabut nyawanya??? 

Kutekuri tubuh Chupachup dalam sedikit penyesalanku, sungguh aku memohon ampun kepada Alloh karena telah menyia-nyiakan ikanku yang tak berdosa itu. Hingga kudengar suara adzan Shubuh dan kutinggalkan tubuh Chupachup masih di dalam box dengan tubuh yang perlahan mulai memutih dan di bagian perutnya muncul warna kecoklatan seperti keracunan sesuatu. 



Siangnya tepat pukul 13.00 waktu Malaysia, kubungkus tubuh ikanku dengan tisue berwarna putih dan kuikat beberapa bagiannya menyeruapai pocong. Kubawa ke tanah lapang dekat apartemen tepatnya di bawah pohon rindang yang selalu aku lewati ketika hendak ke kampus. Kukuburkan tubuhnya yang kecil, dan untuk mengenangnya untuk yang terakhir kalinya, kuambil gambar kuburannya...


Allohu Akbar, Maha Besar Alloh yang menguasai seluruh makhluk di dunia ini. Tak ada yang dapat mengelak ketika Alloh sudah berkehendak. Kita sebagai manusia layaknya hanyalah berusaha dan berdoa semoga ridho Alloh senantiasa menaungi kita. Semoga Alloh menjadikan kehidupan kita dipenuhi dengan barokah dan cinta-Nya. Semoga kita diakhirkan dalam keadaan yang baik (khusnul khotimah). Amiin... 

Monday, May 10, 2010

You’re one of the best I have

Pada waktu pernikahan, banyak sekali saudara-saudaraku yang komentar kaget juga karena ga menyangka aja kok aku menikah secepat itu. Upacara perhelatan pernikahan kami pun saat itu diadakan ala kadarnya di suatu gedung kecil di Jogja. Pada saat dipajang di depan pada tamu undangan, ada budheku dari pihak keluarga mamaku nyeletuk di kerumunan tamu keluarga, “Waaah, suaminya Lian kayak Tengku Firmansyah ya…” Langsung deh, adik2ku pada tertawa terpingkal2 mendengarnya.. Sesaat pada waktu istirahat aku diceritain oleh adikku, aku tak bisa menahan tawa saking gelinya…. Huahahahaha……



STOP berhenti ketawanya!!!!!!!! Suamiku lebih ganteng dari Tengku Firmansyah….

--------------------

Teringat akan masa cuti beberapa bulan yang lalu. Kebetulan saat itu kami cuti di Jogja, ada om dan tanteku sedang berkunjung ke rumah. Memang pada saat pernikahanku dulu, om dan tanteku ini tidak hadir karena ada sesuatu hal, padahal sehari setelah menikah aku langsung diboyong ke Bontang, jadi om dan tanteku ini blm pernah melihat sosok suami yang menikahi aku. Ketika itu tanteku bertanya : “Lian, mana suamimu?”, kujawab aja : “Lagi keluar tante…”. Kayaknya tanteku ini penasaran banget dengan suamiku. Mamaku sih sering cerita ttg sosok suamiku ini ke tanteku. Hal-hal yang diceritakan mamaku sih secara umum, yaitu -suaminya Lian itu jenggotan dan celana cingkrang-. Entahlah apa yang ada di pikiran tanteku, karena memang keluargaku dari pihak papa adalah keturunan Tionghoa, jadi barangkali radha2 syok juga bagi om dan tanteku yg blm pernah melihat suamiku, tapi bagi mereka yang sudah pernah melihat ya biasa aja sih.

Siang itu di hari yang sama, suamiku baru datang lalu kusambut dengan ucapan : “Sayang, ini lho om Yoe Djiang dan tante Yuyun, kenalan dulu ini adik papa. Langsung suamiku memberikan salam hormat kepada mereka berdua. Lalu suamiku pamit untuk masuk kamar sebentar karena ada sesuatu yang perlu diambil. Seketika itu tanteku langsung bilang dengan bisikan bersemangat dan maut : Waaah Lian, suamimu ganteng banget ya, badannya tinggi, gagah gitu, ga nyangka lho tante, tante kira suamimu itu gemuk item jenggotan….. TUIIIIING gedubraaak, kayaknya suamiku itu biasaa aja deh dalam hatiku sambil cekikikan, lebbay bgt kayaknya tanteku ini!!!!!!!!!!! Aku langsung terbayang wajah Nurdin M Top yang dipublikasikan televisi2 pasca ditembak Densus 99. Memang wajahnya ancur banget, keliatan gemuk dan berjenggot tebal. Ampun dah, mungkin tanteku mikir suamiku sosok kayak Nurdin M Top kali ya, ckckckck…. 

Mungkin memang benar, kalau kita sudah membayangkan sesuatu yang buruk bgt, ketika kenyataannya biasa aja pasti kesannya seperti baguuuus bgt. Tapi kalau kita sudah membayangkan sesuatu itu baguuuus sekali ternyata kenyataannya ya biasa aja, kesan yang timbul adalah jeleeek sekali hehehe :D.. Untung deh kesan yang baik diterima suamiku hehehehe….

Monday, May 3, 2010

Fesbuk dan Para Suami

Fenomena fesbuk akhir2 ini memang menjadikan suatu cerita tersendiri baik dalam pembicaraan keluarga, persahabatan, bisnis, dunia artis maupun dalam lingkup arisan ibu-ibu sekalipun. Kisah-kisah menarik yang menyenangkan maupun menyedihkan selalu saja ada menghiasi maraknya perkembangan fesbuk di dunia maya. Beberapa cerita yang membuat kita sedikit tersenyum simpul terjadi padaku dan beberapa kawan yang kebetulan mempunyai pengalaman sama tentang fesbuk dan para suami.



Suamiku memang tidak suka untuk ikut-ikutan arus dengan membuat akun fesbuk karena memang merasa tidak butuh kali ya. Selain itu, mungkin juga karena suamiku sudah capek kerja jadi malas juga bikin-bikin akun segala. Tambah lagi, -barangkali- suamiku ‘sedikit’ agak trauma dengan situs jejaring pertemanan seperti saat dulu marak2nya FS. Dulu aku sering mengirimkan komentar2 romantis ke akun suamiku, seperti misalnya : “Met Malam Sayang, jangan lupa maem yg banyak ya”, atau mengirimkan gambar2 I LOVE U dan semacamnya. Ya maklum saja karena kami suami istri yang terpisah jarak jauh, jadi pengen mengekspos kemesraan. Hihihihi eeeh ternyata suamiku malu sama temen2nya, dan jadinya ga mau buka2 akunnya lagi hahaha alias trauma.com… Padahal sering aku memintanya untuk membuat akun fesbuk, ya supaya bisa nge-link gt di profilku hehehe, masak statusku married doang sih tnp nge-link ke sapa2 hahaha…. Karena ngiler juga aku lihat kawan2ku yang keliatan romantic banget dengan saling kasih semangat, saling komentar antar pasangan dan lain-lain, hihihihi. Suamiku langsung ngacir deh kalau aku nyuruh dia bikin akun FB. Tapi anehnya, kalau suamiku telponan dengan kawan-kawannya kuliah dulu, dia pede banget nanya ke temennya : “Bro, kamu ada fesbuk ga?” (nadanya kayak dia punya akun fesbuk aja trus mau nge-add gt).. Lalu kawannya bilang : “Ada Bro, add aku yah!!”.. Eeeh suamiku balik bilang : “Kmu aja yang nge-add istriku yah, aku ga ada akun FB soalnya.”. Gubraaak, temennya langsung cekikikan bahkan ada salah satu kawan yang bilang “ Ah, cemen kamu, braninya bersembunyi di balik ketiak istri.” Dengan jawaban konyol suamiku bilang : “Ah nggak ah, takut fans2ku jaman kuliah dulu nguber2 aku klo aku punya FB, sekarang aku khan udah nikah”… Ckckckck… bener-bener nih suami idaman yang baik hati dan tidak sombong batinku serta suka menabung (jaka sembung makan duren, ga nyambung fren) :D

Anehnya lagi, walau ga mau bikin akun FB, suamiku itu suka sekali ngeliat-ngeliat status di FB ku. Apalagi klo ada status yang lucu dan menggelikan, suamiku hanya mesam mesem ga jelas gitu. Karena memang teman2 dalam fesbukku ada juga yang sebenarnya teman suamiku. Bahkan dari status kawan-kawan gitu, terkadang bisa jadi obrolan ringan yang berbobot di antara kami, bahkan tak jarang pula status teman itu jadi tema kultum suamiku (kayak ustad sejuta ummat aja). Salah satu misalnya ketika ada kawan yang nulis status ttg “Met Valentine buat smua, dst…” Langsung deh, ada ceramah singkat dari suamiku, bahwa dalam Islam itu hanya dikenal 3 hari besar yang dirayakan, yaitu Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Jumat, selebihnya itu ga usah diada2in. Kultum ditutup lalu aku fesbukan lagi deeeh.

Cerita lain sebut saja teman 1 mempunyai suami (ST1) ada pengalaman unik juga dengan fesbuk dan suami. Suaminya itu sama dengan suamiku yang tidak mau membuat akun FB, mungkin dengan alasan salah satunya sama dengan alasan suamiku di atas. Tapi lebih parahnya lagi, ST1 ini lebih aktif melihat FB. Misalnya, pulang kerja sambil makan siang langsung duduk di depan computer trus ngliat2 update status kawan2 istrinya. Terkadang ST1 yang menulis komentar2 ke kawan2 FB istrinya itu, yang orang lain mengira pastinya itu yang menulis adalah istrinya. Geli membayangkan suami istri rebutan FB, padahal FBnya milik istri xixixi… Aya-aya wae!!! Ketika kucritakan ini ke suamiku, dia tertawa terbahak-bahak sambil bilang “Wah brarti masih mending aku ya, ga sampe nulis komen sgala”.

Cerita selanjutnya sebut saja teman 2 mempunyai suami (ST2). Sama halnya denga suami2 di atas, ST2 juga tidak mau bikin akun FB, tapi sering ngliat2 status2 dan informasi2 yang ada di FB kawan2 istrinya. Pada suatu hari, ada friend istrinya ini menyapa dengan chatting “Hai sayang, lagi apa nih”. Maklumlah, istrinya memang cantik dan banyak kawannya, dan kebetulan kawan yang menyapanya itu laki2 dan suka bercanda. Langsung ST2 membalas balik chattingan kawan istrinya itu : “Brengsek looh, ini istri orang tau”. Wakakaka biar tau rasa deh tuh orang, padahal suaminya cekikikan aja. Langsung deh kawannya itu meminta maaf dan jadi ga enak sendiri. 

Ada sebenarnya kisah-kisah yang mirip terjadi. Tersenyum simpul menyadari hal ini ternyata sudah bukan sesuatu yang unik lagi, xixixi.... Tapi menurutku pribadi no problemo lah, barangkali ada kepedulian suami tentang dengan siapa aja istrinya itu bergaul dengan ikutan nimbrung di satu akun yang sama...