Slide 1

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 2

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 3

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 4

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Slide 5

http://ummimenggapaimimpi.blogspot.com

Tuesday, April 19, 2011

Efektivitas Penerapan Stimulasi pada Balita

Oleh : Lian Dewi Angellia

Barangkali kita sering bertanya-tanya, bagaimana ya orang tua para orang hebat dalam mendidik anaknya sehingga anak-anaknya bisa mempunyai otak encer, cerdas, profesional, jujur, berIQ tinggi dan sebagainya? (misal seperti: A. Einstein [ilmuwan], Thomas Alva Edison [ilmuwan], Sehat Sutardja [pendiri Marvell Tech Group, imigran dari Indonesia yang tinggal di AS], pak SBY [Presiden RI yang cerdas dan berpendidikan tinggi], ibu Sri Mulyani [mantan MenKeu RI yang diakui dunia internasional], pak Habibie [mantan Presiden RI yang mempunyai IQ sangat tinggi], dan masih banyak lagi.

Tidak ada orang tua di dunia ini yang tidak ingin anaknya cerdas dan pintar bukan, bahkan keluarga miskin sekalipun, ketika mempunyai anak pasti mempunyai sebersit bahkan segudang harapan supaya kelak anaknya bisa menjadi orang sukses, membanggakan dan menjadi tumpuan kehidupan orang tuanya di masa yang akan datang.

Kebetulan beberapa waktu lalu, di stasiun lokal daerah saya didatangkan seorang narasumber Psikolog Anak yaitu ibu Sulfina Tanjung dengan tema pembahasan Stimulasi Dini Pada Balita. Berikut ringkasan pembahasannya.


Stimulasi dini merupakan rangsangan dini yang diberikan pada anak balita. Hal ini sebenarnya mengandung makna positif, hanya saja terkadang disalah artikan oleh orang-orang yang terlibat dalam pemberian stimulasi. Fenomena yang sekarang kerap muncul adalah adanya pergeseran pandangan dan keyakinan dari para orang tua, yaitu bahwa langsung memasukkan anak ke TK dengan tidak memasukkan anak ke playgroup dulu adalah merupakan keterlambatan pemberian stimulasi dini. Sehingga orang tua berlomba-lomba memberikan stimulasi dini pada anak hingga terkadang berlebihan. 

Kebetulan beberapa waktu lalu, di stasiun lokal daerah saya didatangkan seorang narasumber Psikolog Anak yaitu ibu Sulfina Tanjung dengan tema pembahasan Stimulasi Dini Pada Balita. Berikut ringkasan pembahasannya.


Sebenarnya pemberian stimulasi dini pada balita itu tidak salah diberikan, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah penekanan stimulasi itu sendiri. Karena stimulasi itu sebenarnya terdiri dari stimulasi kognitif, motorik dan afeksi. Nah, fenomena yang kerap kita lihat sekarang adalah bahwa orang tua lebih menekankan aspek stimulasi kognitif pada anak tanpa diimbangi dengan aspek motorik dan afeksi. Di sinilah kesalahannya, karena memang kita fahami sistem pendidikan di negara memaksa kita dominan di awal menekankan aspek kognitifnya (misal masuk SD sudah harus bisa membaca, menulis, dan berhitung = "calistung").

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh Kathy Hirsh Pasek, Profesor Psikologi dari University of California terhadap anak yang diberikan stimulasi dini secara "berlebihan" dan yang tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang diberikan stimulasi dini secara "berlebihan" tidak memberikan kemampuan yang lebih menonjol dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan stimulasi dini. Hanya saja dia melihat perbedaan dari segi minat, yaitu anak-anak yang sejak kecil diberikan stimulasi secara berlebihan minatnya cenderung turun pada saat remaja, hal ini berdampak pada masalah mengikuti pelajaran di sekolah. Hal ini mungkin bisa dilihat adanya kejenuhan dalam menerima pelajaran karena sejak kecil di-drill dengan hal-hal yang bersifat kognitif tanpa diimbangi dengan aspek lain. 

Aspek motorik mengandung makna pergerakan. Artinya stimulasi yang diberikan pun bermacam-macam tergantung usia anak. Misalnya untuk anak usia 3 bulan, sebelum bisa tengkurap bisa kita rangsang dengan menengkurapkan anak dan memberikan mainan atau benda di depannya sehingga anak terangsang untuk meraihnya. Untuk anak yang berusia lebih besar lagi misal setahun lebih bisa kita stimulasi dengan mengajaknya berlari-lari, naik turun tangga, melompat satu kaki, atau bersepedaan roda 3/mobil-mobilan yang bergerak dengan dipancal kaki. Atau untuk anak yang lebih besar lagi bisa kita stimulasi motorik halusnya dengan mewarnai, menggunting, menggambar bentuk atau meronce.

Untuk aspek afeksi adalah lebih pada emosi. Hal yang mudah dan paling bisa kita lakukan adalah dengan sentuhan, belaian, pelukan dan ciuman. Lebih jauh dari itu anak juga bisa kita bacakan dongeng dan menyimpukan bersama-sama moral dan hal-hal positif yang terkandung dalam cerita. Selain itu juga aspek afeksi lebih pada bagaimana mengajarkan anak untuk lebih bisa mengontrol emosi, misalnya berbagi mainan/makanan dengan teman (memberikan kefahaman pada anak bahwa manusia adalah makhluk sosial), membantu anak untuk selalu baik dengan orang-orang di sekitar (tidak memukul, tidak berteriak, dan lain sebagainya).

Membahas mengenai Golden Age atau periode emas pada anak, sebenarnya para pakar sendiri berbeda pendapat mengenai hal ini. Ada yang berpendapat periode emas adalah masa 5 tahun pertama kehidupan, ada yang berpendapat 3 tahun pertama dan ada juga yang berpendapat 6 tahun pertama. Pada masa tersebut, otak bayi seperti spons yang memang mudah menyerap banyak pengetahuan sehingga orang trua terdorong untuk menstimulasi anaknya sebanyak-banyaknya. Yang mendasari pendapat periode emas itu sebenarnya adalah Brain Growth Spurt, yaitu di mana pertumbuhan jumlah sel otak dan ukuran sel otak pada saat itu meningkat dengan sangat pesat, sehingga menurut beberapa pakar pada masa itu memang bagus sekali untuk menstimulasi anak. Hanya saja pendapat ini ditentang oleh profesor ahli fisiologi dari Universitas Oxford, yaitu Prof. Collin Blackmore. Menurutnya, anak yang terlambat belajar formal di usia 7 tahun akan cepat menyusul anak yang pada usia 4 tahun belajar formal dan distimulasi sejak dini, dan performa mereka akan sama saja di usia 9 tahun.

Intinya di sini adalah tidak ada kata terlambat dalam menstimulasi anak. Orang tua tidak perlu latah dan cemas bila anaknya tidak masuk playgroup. Asalkan orang tua di rumah bisa menstimulasi secara berimbang dan menyesuaikan dengan usia + kemampuan anak, insyaAlloh anak kita tidak akan tertinggal dengan anak-anak lain. Tidak ada periode kritis untuk menstimulasi kognitif anak. Yang ada periode kritis, artinya anak akan kehilangan kemampuan ketika tidak diajarkan pada masa tertentu adalah ketika anak kehilangan kemampuan mendasar (motorik dasar), seperti melihat, mendengar, tengkurap, berjalan, berbicara, dan lain-lain. Ini berarti stimulasi bukannya tidak diperlukan oleh anak, tetapi kita sebagai orang tua harus memahami kebutuhan anak. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam menstimulasi anak adalah mencari cara/metode maupun media stimulasi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak dan tipe anak. Artinya, anak-anak yang visualnya lebih dominan akan lebih sesuai distimulasi dengan buku-buku bergambar yang menarik dan berwarna warni. Akan berbeda dengan anak yang dominan audionya atau pendengarannya, tipe seperti ini akan lebih sesuai untuk dibacakan cerita atau berdiskusi. Jadi, peran orang tualah untuk telaten memahami kebutuhan dan minat anak. Hal lain dalam menstimulasi anak adalah menjaga emosinya, artinya ketika masa belajar dan bermain dengan anak, pertahankan suasana yang nyaman sehingga anak tidak merasa terpaksa dan dapat menikmatinya.

Satu hal penting lagi yang cukup berkesan menurut saya adalah mengenai satu pertanyaan bahwa apakah anak yang di masa kecilnya menunjukkan kepintaran (misal IQ tinggi), akan menjamin kesuksesan di masa mendatang? Nah, dalam psikologi dikenal istilah "Resiliensi" yaitu seberapa mampu seorang anak itu bertahan dalam setiap permasalahan. Ibarat bola bekel, setinggi/semampu apakah dia dapat memantul/ bangkit setelah jatuh (berada di bawah  dalam keadaan susah, sedih, bermasalah).  Hal ini bisa menjawab satu pertanyaan di atas, jika memang seorang anak yang memang mempunyai kemampuan IQ yang tinggi dan ditunjang dengan ketahanan diri (resiliensi) yang mantap dan kuat, bisa jadi hal itu mendukung kesuksesan di masa mendatang. Karena sebenarnya, kehidupan seorang anak itu akan lebih kompleks dan tak se-sesimple dunia masa kecil saja, tapi dunia yang sebenarnya adalah nanti ketika anak berada di masa dewasanya. Itulah peran kita sebagai orang tua untuk mengantarkan dan membekali anak-anak kita tidak hanya dari segi konitif, tapi juga religi, aspek nonkognitif, dan budi pekertinya. Sukses di masa kecil belum tentu juga membawa kesuksesan di masa tuanya. Mumpung kita masih bisa berusaha, semoga kelak anak cucu kita membawa perubahan yang baik untuk masa depan dan kebaikan untuk orang tua, dan orang-orang di sekitarnya.

~salam hangat dari Ummu Ibrahim~
melihat, mendengar dan merasakan sesuatu untuk ditulis sembari belajar dan memotivasi diri sendiri

Saturday, April 16, 2011

Suamiku Hebat

Suamiku bukanlah laki-laki yang suka membantu istrinya di dapur, suamiku juga bukanlah laki-laki yang suka membantu istrinya membereskan rumah, suamiku tidak suka berkebun, suamiku bahkan cenderung cuek terhadap pekerjaan rumah. Tapi, suamiku adalah suami hebat yang sangat kubanggakan.

Hampir tiap bulan sekitar 2-3 kali aku meninggalkan anakku untuk keperluan arisan bulanan kantor suamiku maupun arisan RT. Aku hanya mempercayakan si kecilku kepada abinya. Alhamdulillah, Ibrahim memang sangat dekat dengan abinya, jadinya bukan masalah yang besar ketika harus kutinggalkan paling lama 3 jam bersama abinya. Sebelum Ibrahim disapih, aku memang sangat khawatir jika meninggalkan si kecil lebih dari 2 jam, tapi setelah penyapihan, aku cenderung lebih tenang meninggalkannya.

Berdua di KL express saat hanimun


Awalnya aku agak ragu saat pertama kali meninggalkan anakku walau dengan abinya sendiri ketika usia si kecil sekitar 8 bulan. Karena aku sadar sekali, suamiku berasal dari keluarga yang berada jadi cenderung manja dan cuek dengan pekerjaan wanita. Tapi saat itu suamiku meyakinkan bahwa aku ga perlu khawatir meninggalkan Ibrahim bersamanya kalau hanya untuk arisan. Saat itu memang aku sudah enggan mengajak anakku untuk arisan karena polahnya yang sudah mulai aktif.

Kali pertama alhamdulillah berhasil, karena si kecil tidak rewel dan menjadikan aku semakin percaya kepada suamiku untuk selanjutnya kuminta menjaga anakku. Pernah beberapa waktu saat kutinggal, anakku pup sehingga suamiku dengan terpaksa harus mau tidak hanya mengganti popoknya tapi juga harus membersihkan kotoran dan mencuci badan anakku. Ternyata suamiku bisa, dan aku bangga dengan kehebatan suamiku. Bahkan mertuaku pun heran dengan kemampuan suamiku itu.

Pernah satu waktu, aku ada acara bazaar di hari Sabtu. Aku pun meminta ijin suamiku untuk turut bergabung dengan berjualan mainan edukatif. Saat itu, Ibrahim berusia 15 bulan. Suamiku mendukungku dan meyakinkanku untuk turut serta. Dia berjanji menjagakan Ibrahim untukku. Alhamdulillah, suamiku berhasil mengurus anakku mulai dari menyuapinya sarapan (kebetulan makanannya beli nasi kuning saja, karena sudah mulai bisa makan nasi), hingga berusaha menidurkannya walaupun tidak berhasil karena saat belum disapih. Tapi alhamdulillah Ibrahim tidak rewel hingga acaraku berakhir dari pukul 07.00 - 13.00

Di saat kami berjalan-jalan ke mall atau pusat perbelanjaan atau bepergian, hampir sering sekali suamiku lah yang menggendong dan menjaga anakku, sedangkan dia membiarkanku berjalan tanpa beban. Hingga mamaku sendiri pun keheranan dan berkomentar : "Biasanya anak laki-laki itu dekatnya sama ibunya lho, kok ini dekat banget sama bapaknya". Pernah juga satu hari saat kami berada di bank, saat antrian banyak sekali, aku hanya duduk menanti giliran sedangkan suamiku berdiri sembari bermain bersama anakku. Saat itu ada bapak satpam yang berkomentar : "wah, anaknya dekat sekali ya pak dengan bapaknya daripada ibunya".

Selain itu, suamiku juga mempunyai banyak kehebatan lainnya. Di edisi selanjutnya deh akan saya sharing satu persatu kehebatan suamiku yang membuatku semakin sayang dan cinta kepadanya. Barangkali hal ini merupakan hal yang sepele untuk para wanita yang suaminya lebih hebat, tapi bagiku suamiku lebih dari sekedar hebat...... :)



Friday, April 1, 2011

"jeJamuran" : Makanan Maknyuss dari Aneka Jenis Jamur

Oleh : Lian Dewi Angellia

Pernahkah Anda menyantap nikmatnya makan sate ayam, rendang daging, tongseng kambing, pepes ikan, peyek teri, lumpia ayam, keripik singkong? Pernahkah Anda membayangkan semua menu itu dengan rasa yang sama tetapi diubah bahan utamanya menjadi jamur? 

Jika Anda pecinta kuliner tapi bermasalah dengan kesehatan seperti kolesterol atau asam urat, "jeJamuran" solusinya karena warung ini menawarkan berbagai sajian masakan nikmat dan sehat dengan menggantikan semua bahan utamanya dengan aneka jamur. 


Lokasi dari warung makan "jeJamuran" ini terletak di daerah Niron, Pendawaharjo, Sleman. Kalau dari arah Jogjakarta, kita bisa melewati Jalan Magelang lurus terus hingga melintasi ring road lingkar utara. Setelah melewati lapangan nDenggung Sleman, 1 km dari situ (kira2 di Jalan Magelang km 10.5) ada perempatan belok saja ke kanan (ke arah timur). Warung makan "jeJamuran" terletak 1 km lagi. Posisi warungnya ada di sebelah kiri jalan (utara jalan). Kira2 100-200 meter dari perempatan tersebut (sebelah kanan jalan - selatan jalan) sebenarnya ada juga warung jamuran dan ikan bakar dengan warna papan nama yang hampir sama, tapi bukan itu yang saya maksud.

Papan nama penunjuk arah menuju ke warung "jeJamuran" bisa ditemukan disetiap sisi jalan menuju ke lokasi tersebut, ada di Jalan Magelang dan juga bisa ditemukan bila Anda melewati jalan Monjali.

Papan Nama Penunjuk Arah 
Ketika sampai di warung "jeJamuran", kita akan melihat papan nama besar di depan pintu masuk warung tersebut. Bagi Anda yang membawa motor, parkirnya lumayan dekat karena hanya di depan pintu masuknya saja, sedangkan untuk parkir mobil, area yang disediakan cukup besar kira-kira 50 meter di sebelahnya.

Warung ini didesain secara etnis jawa dengan interior yang tradisional tapi terkesan mewah. Meja dan kursi yang disediakan lumayan banyak, terdapat toilet yang bersih, dan musholla.

Papan Selamat Datang
Pintu Masuk Warung Makan "Jejamuran"
Menurut pak Wiranto, salah satu tukang parkir motor di depan warung ini, waktu buka warung ini adalah pukul 09.00 - 21.20 WIB (untuk order terakhir). Waktu sibuk warung ini sekitar pukul 12.00 hingga pukul 15.00 WIB. Untuk acara-acara tertentu seperti meeting, pesta ulang tahun, dan syukuran bisa memesan terlebih dahulu dengan booking tempat. Tapi khusus hari Minggu dan hari libur, tidak diterima order untuk booking acara tertentu, karena biasanya di hari tersebut peminat "jeJamuran" sudah meluap.

Di dalam warung ini, akan banyak dijumpai contoh budidaya dari jamur yang digunakan untuk mengolah masakan. Jamurnya pun bermacam-macam, yaitu ada jamur kuping, jamur kancing, jamur merang, jamur tiram, dan aneka jamur yang lainnya. 

Koleksi budidaya jamur
Menu yang disajikan di warung makan ini sangat bervariatif, mulai dari sate jamur, rendang jamur, tongseng jamur, pepes jamur, jamur goreng tepung, telur dadar jamur, jamur asam pedas, jamur bakar pedas, jamur goreng penyet, sop jamur, lumpia jamur, tumis jamur lombok ijo, sup krim jamur, tom yum jamur, dan gudeg jamur.

Harga yang dipatok untuk masing-masing menu pun cenderung murah, berkisar dari Rp 3.000/per potong lumpia hingga paling mahal Rp 15.000/porsi (untuk telur dadar jamur dan jamur asam manis), sedangkan menu lainnya rata-rata seharga Rp 8.000 dan Rp 10.000/porsi.

Untuk rasa, saya dan suami menilai jauh dari perkiraan kami, karena kenikmatan yang disajikan benar-benar seperti menyantap makanan dengan bahan bukan jamur. Seperti rasa sate-nya, sangat mirip sekali dengan rasa sate ayam. Bahkan setahun lalu, saya juga pernah mencoba rendang jamur dan tongseng jamur rasanya tak kalah dengan rendang daging dan tongseng kambing. Benar-benar rasa yang maknyusss, dengan harga yang tidak mahal, pelayanan mewah tapi mengesankan, dan fasilitas tampat yang eksotis.

Sate Jamur
Jamur Goreng Tepung Oyster (Tiram)
Tumis Jamur Cabe Hijau
Ketika bertandang ke warung ini, kami hanya bertiga saja yaitu saya dengan suami dan anak (tapi anak tidak makan karena sedang tidur). Jadi, kami berdua memesan 2 piring nasi plus 3 menu masakan di atas (sate jamur, jamur goreng tepung dan tumis jamur lombok ijo) dengan minuman jeruk hangat untuk saya dan es teh untuk suami. Selain itu, kami juga memesan untuk dibungkus 2 porsi nasi putih, 2 porsi sate jamur dan 1 buah lumpia. Total yang harus kami bayarkan hanya Rp 69.000, relatif murah menurut saya. Harga kaki lima tapi rasa bintang lima, sangat mengesankan ^^,....

Silakan mencoba bagi Anda yang berkunjung ke Jogjakarta. Jangan melewatkan wisata kuliner ke warung makan "jeJamuran", karena recommended banget lah pokoknya.... :)

Salam Super Maknyussss 

Jogjakarta, 1 April 2011